Jumat 27 Dec 2013 15:18 WIB

Menelusuri Sejarah Ka’bah (1)

Menelusuri Sejarah Ka’bah (1)

Rep: Nashih Nasrullah/ Red: Endah Hapsari
 Kabah di Masjidil Haram Makkah, Arab Saudi, Selasa (23/10).  (Hassan Ammar/AP)
Kabah di Masjidil Haram Makkah, Arab Saudi, Selasa (23/10). (Hassan Ammar/AP)

REPUBLIKA.CO.ID, Salah satu bangunan yang memiliki posisi penting dalam sejarah peradaban Islam ialah Ka’bah. Sebuah bangunan suci yang terletak di Makkah. Merujuk pada pemaknaan bahasa, Ka’bah berarti kubus. Karena itu, fisik Ka’bah menyerupai kubus. Dalam Ensiklopedi Islam tak disebutkan secara panjang dinding muka (yang terdapat pintu) dan dinding belakang masing-masing 12 meter. 

Kedua belah sisinya masing-masing memiliki panjang 10,1 meter. Adapun tingginya 16 meter. Letak dinding itu membujur di sebelah barat laut, timur laut, barat daya, dan tenggara. Ini berarti tiap sudutnya mengarah ke empat mata angin. Formasi seperti itu dimaksudkan agar bangunan tetap kokoh dan tidak runtuh apabila angin kencang menerjang. 

Keempat sudut mempunyai nama sendiri-sendiri. Penamaan tersebut oleh orang Arab merujuk pada arah. Perinciannya sebagai berikut, sudut sebelah utara dinamakan Rukun Iraqi (arah Irak atau Mesopotamia), Rukun Yamani untuk sudut selatan (mengarah ke Yaman), Rukun Syami untuk arah selatan (Syam atau Suriah), dan Rukun Aswad (arah Hajar Aswad atau batu hitam). 

Bila ditelusuri ayat-ayat Alquran, tidak ada petunjuk yang memastikan siapakah pendiri sejak awal bangunan Ka’bah, mulai dari fondasi hingga berbentuk bangunan utuh. Sebut saja, ayat ke-127 dari surah al-Baqarah. Ayat tersebut menyebutkan bahwa Ka’bah itu diperbaiki oleh Nabi Ibrahim as dan putranya, Ismail as. Indikasi kuat lainnya juga terdapat pada surah Ibrahim ayat ke-37. 

Ayat itu menjelaskan Ka’bah sudah ada pada waktu Nabi Ibrahim AS meninggalkan putranya, Ismail AS, di padang pasir tanah Arab. Tetapi, kebanyakan ahli tafsir sepakat, penafsiran ayat ke-127 surah al-Baqarah adalah penegasan bahwa pendiri Ka’bah ialah Ibrahim as dan Ismail AS. Demikian halnya dengan tafsir ayat ke-37 surah Ibrahim. Ulama tafsir maksud ayat itu ialah Nabi Ibrahim as meninggalkan keluarganya di tempat yang akan dibangun Ka’bah di atasnya. 

Selain sebutan Ka’bah, bangunan tersebut mempunyai beragam penamaan yang disebutkan dalam Alquran. Nama-nama tersebut, yaitu Al Bait atau rumah (QS 3: 97), Al Bait Al Atiq berarti rumah kuno (QS 22: 29), Al Bait Al Haram atau rumah suci (QS 5: 3), Al Bait Al Ma’mur atau rumah yang disejahterakan dan dijaga (QS 52: 4), dan Al Bait Al Muharram, yaitu rumah yang disucikan (QS 14: 37). Pada tahun kedua Hijriah, Allah SWT menjadikan Ka’bah sebagai kiblat utama bagi umat Islam. Setelah sebelumnya, kiblat berada di Baitul maqdis, Palestina. Kisah ini diabadikan dalam surah Al-Baqarah ayat ke-144. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement