Oleh : KH Mukti Ali
REPUBLIKA.CO.ID, Allah SWT mengabadikan peristiwa Isra Miraj dalam Alquran. Dia berfirman dalam surat Al Isra ayat 1,:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjid Al Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Mahamendengar lagi Mahamengetahui.” (QS al-Isra: 1)
Ayat ini menjelaskan Isra, yakni perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram ke Masjid Al-Aqsa. Sedangkan Miraj ada di beberapa ayat di antaranya QS An-Najm: 13-14 dan sejumlah hadits.
Di antara kitab-kitab karya ulama salaf as-shalih yang dengan khusus menulis tentang Isra Miraj ialah kitab Qisshah al-Mi'raj karya al-'Allamah Najmuddin al-Ghaythani yang diberi syarah (penjelasan panjang lebar) oleh Aby al-Barakat Sayyidy Ahmad al-Dardyr dengan judul Dardyr Mi'raj dan kitab al-Ayat al-Kubra fi Syarhi Qishhat al-Isra' karya Imam Jalaluddin as-Suyuthi.
Di kitab-kitab tasawuf, seperti Ibnu Arabi ada penjelasan "mi'raj as-sufi". Mi'raj as-sufi itu bukan menuju Sidratul Muntaha, melainkan proses fana (peniadaan) sang salik menuju baqa (keabadian), min al-fana ila al-baqa, ‘berasyik-masyuk’ bersama Allah SWT, hatinya hanya ada Allah, cintanya hanya untuk Allah, masyghul bersama Allah.
Dicontohkan mi'raj sufi bisa melalui media shalat. Karena shalat adalah media yang diperuntukkan untuk hamba bertemu dengan Allah SWT. Memang shalat adalah kado oleh-oleh hasil sowan Rasulullah SAW kepada Allah SWT untuk umatnya.
Isra Miraj pun merupakan simbol paling kuat atas percontohan transformasi dari fana menuju baqa, manunggal bersama baqa, menuju sumber segalanya asal-mu-asal kehidupan, asyik-masyuk Rasulullah SAW bersama Allah SWT sehingga ada yang bilang, bahwa Isra Miraj merupakan sasmita yang melambangkan terjadinya manunggaleng kawula gusti, menyatunya hamba dengan Sang Gusti, wahdatul wujud. Isra Miraj merupakan pengalaman rohani paling puncak yang dialami Rasulullah SAW.
Diriwayatkan bahwa Rabiatul Adawiyah saking mabuk kesayangnya pada kekasih abadi Allah SWT, sampai bermimpi didatangi Rasulullah seraya berkata, “Wahai Rabiah, cintakah engkau kepadaku?”
“Wahai Rasulullah, siapa yang menyatakan tidak cinta?,” jawab Rabiah. Rabiah pun meminta maaf pada Rasulullah karena hatinya hanya ada Allah, dan melupakan yang lain. Hatinya penuh dengan cinta. Tidak menyisakan ruang untuk kebencian kepada siapapun, kepada iblis sekalipun. Melupakan surga dan neraka. Yang dialami Rabiah adalah mi'raj sufi.
Mi'raj sufi juga jalan menuju Allah dengan membersihkan hati dari penyakit hati. Syekh Abdul Qadir Jailani dalam kitab Kifayatul Atqiya’ dan Salalimul Fudhala’, menyatakan bahwa, "Anda tidak bisa wushul/sampai pada Gusti Allah dengan qiyamul layl (shalat malam) dan tidak dengan puasa sunnah di siang hari, akan tetapi anda bisa sampai pada Gusti Allah dengan menghormati sesama manusia, rendah hati, dan hati yang bersih."