REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- CNN mengibaratkan gerakan Alqaidah belakangan ini ibarat gejolak di pasar saham. Jika pada pertengahan 2000an Alqaidah dianggap meredup, maka sejak Arab Spring meletus gerakan ini kembali rebound alias bangkit lagi.
Alqaidah terlihat bangkit dengan kekuatan baru di Yaman, Wilayah Sinai Mesir, Libya, Irak, Afrika Barat dan Tmur serta Suriah. Berbagai aksi kekerasan di negara-negara itu, sebut CNN, kebanyakan selalu ada Alqaidah di belakangnya.
"Ada banyak indikasi jika Alqaidah di Semenanjung Arab melakukan serangan-serangan di Yaman dan luar negeri," kata Seth Jones, analis dari Rand Corp, Ahad (29/12).
Sasaran serangan pun, kata Jones, kebanyakan ditujukan pada kepentingan-kepentingan Amerika di kawasan Arab dan Timur Tengah. Di Yaman, Alqaidah terus menyerang struktur-struktur terkait Amerika. Jones memberi contoh serangan Natal pada 2009.
Di Suriah, Alqaidah memanfaatkan perang saudara untuk memperkuat peran mereka. Kelompok ini secara resmi masuk pada kelompok lawan Presiden Bashar al-Assad. Alqaidah terlibat pada banyak pertempuran dengan tentara Suriah dan pendukung Assad.
Ada 11 ribu pejuang asing dari 74 negara di Suriah saat ini di mana lebih separo dari itu terkait Alqaidah. Mereka datang ke negara-negara konflik untuk memperkuat dan meneguhkan eksistensi Alqaidah.
"Kekhawatiran kita, jaringan Alqaidah ini di masa depan akan digunakan untuk meneror dan melakukan serangan bom," kata Paul Cruickshank, analis teroris CNN, yang mempelajari Alqaidah.
Paul dan Jones melihat fenomena Alqaidah ini sebagai isyarat kebangkitan grup yang bertanggung jawab atas serangan menara kembar di New York dan Pentagon itu.
Aksi Alqaidah yang penuh kekerasan tersebut semakin mempersulit upaya menciptakan perdamaian di Timur Tengah dan kawasan Arab. Namun tidak sedikit pakar yang menganggap terlalu melebih-lebihkan kebangktan Alqaidah saat ini.