REPUBLIKA.CO.ID, VOLGOGRAD -- Setelah dua bom bunuh diri meneror Volgograd, Rusia, keamanan olimpiade di Sochi pun dipertanyakan. Namun, Presiden Komite Olimpiade Internasional, Thomas Bach yakin pertandingan tersebut akan berlangsung dengan aman.
Bach menyatakan duku citanya kepada Presiden Rusia Vladimir Putin atas penyerangan yang terjadi di Volgograd dalam sehari. "Kami akan melakukan apa saja untuk memastikan keamanan para atlet dalam olimpiade yang akan dimulai pada 7 Februari," katanya.
Namun, seperti dikutip dari BBC, Selasa (31/12), meski pun keamanan di Sochi diperketat, Rusia sendiri takut akan adanya serangan lanjutan di Volgograd yang hanya berjarak 700 km timur laut Sochi.
Sementara itu, juru bicara Komite Investigasi, Vladimir Markir, mengatakan kedua ledakan itu sangatlah mirip. "Hal ini memperjelas bahwa kedua serangan itu terkait. Sangat mungkin mereka telah mempersiapkannya di tempat yang sama," katanya.
Para penyidik mengatakan serangan terjadi di stasiun kereta api dan sebuah bus yang menewaskan setidaknya 31 orang. Serangan tersebut, tambahnya, masih saling terhubung. Para pelaku melakukan serangan sebulan sebelum olimpiade digelar. Sedangkan Volgograd dinilai telah menjadi target serangan pada Oktober lalu ketika seorang wanita meledakkan dirinya dalam sebuah bus dan menewaskan enam orang.
Diduga para pelaku peledakan di Volgograd merupakan pemberontak Islam yang berkuasa di Chechnya dan Dagestan. Serangan telah ditargetkan pada olimpiade nanti.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Luar Negeri Rusia tidak menyalahkan kelompok manapun. Namun, ia menghubungkan serangan itu dengan militan di Amerika, Syria, dan negara lainnya.
Menurutnya, untuk melawan para pelaku diperlukan kerja sama internasional. Gubernur Volgograd, Sergei Bozhenov, mengatakan ledakan bom tersebut merupakan ancaman bagi warga Volgograd dan penduduk Rusia.