Rabu 01 Jan 2014 08:59 WIB

'Pesta Tahun Baru Bukan Budaya Islam'

Rep: Nur Aini/ Red: Fernan Rahadi
  Warga merayakan pergantian tahun baru pada atap gedung saat pergantian tahun di Bundaran HI, Jakarta, Rabu (1/1) dini hari.   (Republika/Tahta Aidilla)
Warga merayakan pergantian tahun baru pada atap gedung saat pergantian tahun di Bundaran HI, Jakarta, Rabu (1/1) dini hari. (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kehidupan berbangsa di Indonesia dinilai telah mengalami degradasi sepanjang 2013 karena iman Islam tidak dilaksanakan secara utuh. Lantaran hal itu, keutuhan iman dinilai perlu dikembalikan pada tahun baru untuk pembangunan Indonesia ke depan.

Tokoh masyarakat, uztaz M Syukri Fadholi mengungkapkan masjid banyak dibangun dan orang berhaji meningkat setiap tahun di Indonesia. Akan tetapi, kemaksiatan dan korupsi masih merajalela.

"Ini terjadi karena orang beriman tapi justru ingkar, sebagai akibatnya, dalam kehidupan berbangsa terjadi degradasi moralitas," ungkapnya dalam tabligh akbar Republika di Masjid Syuhada Yogyakarta, Selasa (31/12) malam.

Ada sejumlah catatan yang dinilai menjadi refleksi akhir tahun 2013 di Indonesia khususnya di Yogyakarta. Pertama adalah budaya peringatan tahun baru yang dilakukan dengan pesta pora dan maksiat. Budaya tahun baru dinilai bukan budaya Muslim tetapi berasal dari Romawi.

"Segala bentuk kegiatan pesta pora saat ini jauh dari prinsip Islam, dan yang paling menyedihkan peringatan tahun baru memakai APBD/APBN, sehingga hak orang miskin terabaikan untuk merayakan tahun baru yang tidak ada manfaatnya," ujarnya.

Budaya yang dianut remaja saat ini juga dinilai banyak bertentangan dengan agama dan nilai moralitas. Minuman keras (miras) dan pergaulan bebas menjadi tuntunan perilaku remaja. Pergaulan bebas remaja tersebut sangat disayangkan terjadi di Yogya yang merupakan kota pendidikan.

Perilaku remaja yang menyimpang di Yogyakarta dinilai bisa dilihat dari penjualan alat kontrasepsi melonjak saat tahun baru. Selain itu, Kantor Urusan Agama (KUA) 2013 menurut Syukri banyak mencatat pernikahan dini. Pernikahan dini tersebut kebanyakan dipicu kehamilan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement