REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA -- Kenaikan harga gas elpiji tabung 12 kilogram berdampak pada ketersediaan gas elpiji tabung 3 kilogram di tengah masyarakat. Keberadaan gas tiga kilogram semakin langka.
Seperti yang terjadi di Kabupaten Majalengka. Di daerah tersebut, masyarakat harus berkeliling ke banyak pangkalan untuk bisa mendapatkan gas yang mereka butuhkan.
"Saya sudah keliling ke banyak pangkalan, tapi tetap gas tidak ada," ujar seorang warga Kelurahan Majalengka Kulon, Kecamatan/Kabupaten Majalengka, Mutia, Ahad (5/1).
Mutia mengatakan, sulitnya mendapatkan gas elpiji tabung 3 kg terjadi sejak tiga hari terakhir hingga membuatnya tidak bisa memasak untuk kebutuhan makan keluarganya sehari-hari.
"Mau masak pakai apa, kompor gasnya tidak nyala karena gasnya habis," keluh Mutia.
Hal senada diungkapkan warga lainnya, Khalimatus Sadiyah. Dia mengaku sudah berkeliling ke banyak warung, toko maupun pangkalan untuk mencari gas elpiji 3 kg, namun tidak ada satupun gas yang berhasil dibawanya pulang.
Selain tidak bisa memasak, perempuan yang disapa Diyah itu mengaku sulit merebus air untuk kebutuhan mandi bayinya yang baru berusia tiga bulan. Padahal, setiap kali mandi, bayinya harus menggunakan air hangat.
"Saya terpaksa pakai air hangat dari dispenser, tapi kan jadi boros sekali," tutur ibu satu anak itu.
Tak hanya menyulitkan warga, kenaikan harga gas elpiji 12 kg dan langkanya gas elpiji 3 kg juga dikeluhkan para pedagang, terutama yang memiliki usaha rumah makan. Jika tetap bertahan menggunakan gas elpiji 12 kg, dampaknya mereka harus mengeluarkan biaya yang lebih besar. Namun untuk beralih ke tabung 3 kg, saat inipun sangat sulit dicari.
"Untuk mengimbangi kenaikan harga gas 12 kg, saya terpaksa menaikkan harga jual makanan meskipun diprotes oleh pelanggan,’’ tutur seorang pedagang Warteg di Pasar Balong, Jl KH Abdul Halim, Kabupaten Majalengka, Wati.