Senin 06 Jan 2014 09:37 WIB

Islam Bertahan di Kolombia

Muslim Kolombia.
Foto: IST
Muslim Kolombia.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rosita Budi Suryaningsih

Para imigran Muslim bisa mendapatkan pendidikan tinggi dan hidup sejahtera.

Kolombia terkenal sebagai negara berkembang yang banyak terjadi kriminalitas. Adanya kartel narkoba yang besar dan terpelihara hingga kini memperburuk kondisi negara yang berada di Amerika Selatan ini.

Namun, di antara hiruk pikuk kehidupan warganya, ada eksistensi dari umat Muslim yang selalu berusaha untuk menunaikan semua ibadahnya, hidup dengan damai, dan terus berdakwah.

Awal mula Muslim yang tinggal di wilayah ini adalah para imigran yang berasal dari negara-negara Timur Tengah sekitar akhir abad ke-19.

Kemudian, disusul para imigran yang berasal dari Asia Selatan dan kini juga banyak warga lokal yang tertarik menjadi mualaf.

Ada tiga hal yang mendorong lahirnya komunitas Muslim di negara yang menggunakan bahasa Spanyol sebagai bahasa pengantar ini. Pertama, periode setelah konflik politik di negara-negara Timur Tengah.

Kedua, jatuhnya Kekaisaran Ottoman yang mendorong minoritas Arab ke tanah Amerika. Ketiga, migrasi warga Palestina setelah perang dunia kedua dan setelah penciptaan Negara Israel pada 1948 serta migrasi warga Lebanon sekitar 1960-an.

Kolombia memiliki populasi Muslim sebanyak 86 ribu jiwa yang berarti mencakup 0,2 persen dari total penduduk yang berjumlah sekitar 42 juta orang. Kebanyakan Muslim Kolombia adalah orang Lebanon, Suriah, dan Palestina.

Mereka datang ke Kolombia sekitar 1880 hingga 1960. Mereka datang karena perang yang terjadi di Timur Tengah dan mencari kehidupan yang lebih baik lagi dibandingkan tempat asal mereka.

Kebanyakan, para imigran pertama tampak sebagai Muslim yang taat dibandingkan dengan generasi kedua dan ketiganya. Muslim generasi pertama sebagian besar masih berbicara dalam bahasa Arab antara satu dengan yang lain.

Dari tulisan Diego Castellanos yang berjudul Islam in Colombia: Between Assimilation and Exclusion, dijelaskan kehidupan Muslim di Kolombia sangatlah kompleks. Karena, budaya masyarakat lokal masih sangat kuat, tulisnya.

Muslim menjadi kaum minoritas di negara ini. Dan, melihat apa yang terjadi dalam kesehariannya, tidak terjadi proses asimilasi yang signifikan antara Islam dengan budaya masyarakat setempat. Warga asli menolak adanya proses asimilasi dengan Islam.

Tapi, justru karena inilah Islam malah bisa bertahan sesuai aslinya, berbeda dengan kedatangan agama lain, seperti Kristen Pantekosta yang mendaur ulang formasi praktik-praktik leluhur masyarakat asli Kolombia.

Kehadiran komunitas Muslim yang sudah selama 40 tahun ini menjaga eksistensinya justru memperlihatkan bahwa agama inilah yang paling luhur di antara yang lainnya, tulis Diego.

Para imigran Muslim ini justru bisa mendapatkan pendidikan tinggi dan hidup sejahtera lebih layak dibandingkan warga lainnya. Ini membuat orang-orang Muslim di Kolombia, disegani.

Padahal, fasilitas, sarana, serta gaya hidup warga Kolombia sangat tidak mendukung pada eksistensi komunitas Muslim. Karena, gaya hidup warganya yang sangat menyimpang dengan ajaran Islam membuat asimilasi Islam dan budaya setempat sulit tercapai. Ini membuat penyebaran Islam mengalami hambatan yang sangat besar.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, meskipun tersendat, komunitas Muslim tetap ada di sejumlah besar Kota Kolumbia. Akhir-akhir ini, terjadi fenomena yang begitu menggembirakan.

Banyak warga setempat yang akhirnya tertarik untuk masuk Islam. Ini membuat jumlah jamaah di masjid-masjid di Kolombia semakin bertambah banyak. Juga, berbagai lembaga sosial Islam yang punya banyak anggota baru.

Salah satu yang menjadi alasan kuat mengapa banyak orang Kolombia memutuskan masuk Islam karena menurut mereka, berdasarkan logika Islam menawarkan sebuah kehidupan religius yang dibangun berdasarkan ketuhanan Esa dan kepercayaan adanya Tuhan di sepanjang hidupnya.

Muslim di Kolombia bisa mengembangkan karakter yang universal yang memberikan pandangan bahwa Islam adalah agama yang bisa dipeluk oleh ras, etnis, ataupun warga negara manapun, jelasnya.

Satu hal lagi yang membuat jumlah mualaf semakin banyak di Kolombia adalah karena jalur perkawinan. Orang-orang Muslim di sana hanya mau menikahi orang Muslim juga. Ini membuat warga setempat yang jatuh cinta pada pemuda Muslim, akhirnya berani untuk masuk Islam.

Beberapa tahun terakhir Muslim Kolombia semakin terbuka untuk memperlihatkan identitas mereka, apalagi Pemerintah Kolombia tidak lagi menjadikan Katolik sebagai agama resmi negara.

Para perempuan yang mengenakan jilbab dan laki-laki menggunakan baju khas masyarakat Timur Tengah semakin banyak terlihat di jalan-jalan Kolombia.

Populasi Muslim Kolombia terbanyak berada di Kota Maicao, bagian dari wilayah La Guajira. Di sinilah masjid termegah se-Amerika Selatan, Omar Ibnu al Khattab, yang didirikan pada 1987 berada.

Populasi Muslim di sini diperkirakan sekitar 8.000 orang. Sayangnya, di kota ini terjadi banyak aksi kriminalitas, seperti penyelundupan, baik rokok, barang-barang elektronik, narkoba, senjata, hingga pencucian uang, sama seperti kota-kota lain di Kolombia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement