REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Kabar meninggalnya ayah, kakek, dan nenek Leeteuk, pimpinan (leader) boyband Super Junior menjadi isu internasional saat ini. Penggemar di seluruh dunia ikut berduka untuknya dan menyampaikan imbauan semangat dan duka cita melalui akun Twitter Leeteuk, @special1004.
Sayangnya, Leeteuk tak bisa berlarut-larut dalam dukanya. Dia harus kembali menjalankan tugas sebagai prajurit militer pada Rabu (8/1) kemarin. Leeteuk menerima berita kepergian keluarganya sewaktu dia sedang berada di kamp militer.
Diusia yang masih muda, 31 tahun, Leeteuk sudah membawa duka yang mendalam. Kita harus melihat Leeteuk sebagai pria biasa, seorang anak yang kehilangan ayahnya, bukan terus menerus melihatnya sebagai bintang hallyu sehingga terus fokus pada tragedi pembunuhan dan bunuh diri yang menimpa ayah, kakek, dan neneknya.
Polisi melaporkan ayah Leeteuk membunuh kakek dan nenek Leeteuk yang menderita demensia, kemudian menyusul dengan bunuh diri pada 7 Januari lalu. Hal itu berdasarkan catatan yang ditemukan polisi di tempat kejadian yang ditulis langsung oleh ayah Leeteuk, Park Yong In.
Ayah Leeteuk dikabarkan sudah hidup bersama orang tuanya selama 15 tahun terakhir. Dalam beberapa tahun belakangan, kakek nenek Leeteuk mulai menunjukkan tanda-tanda demensia. Dilansir dari Kpopstarz, Kamis (9/1), anggota keluarga bersikeras ayah Leeteuk menderita depresi, namun polisi tidak menemukan obat apapun yang terkait dengan penyakit depresi di apartemen tersebut.
Agensi Leeteuk, SM Entertainment juga meminta semua pihak untuk menghormati privasi Leeteuk. Masalah keluarga ini adalah hal sensitif yang bisa mempengaruhi kehidupan Leeteuk. SM menyayangkan ada topik pembahasan yang mencoba mengulik sejarah keluarga Leeteuk yang menyedihkan.