REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus dugaan korupsi yang menjerat Anas Urbaningrum tidak akan menurunkan partisipasi politik pemilih untuk memilih bakal calon presiden berusia di bawah 55 tahun, kata peneliti Institut Riset Indonesia Mochtar W. Oetomo.
"Publik tidak akan mengaitkan sama sekali (kasus dugaan korupsi mantan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum) karena pada saat bersamaan dilakukan golongan tua, bahkan lebih parah," kata Mochtar di Jakarta, Ahad (12/1).
Dia menilai masyarakat miliki kecerdasan untuk selalu mengingat kasus yang melibatkan tokoh-tokoh tua. Mochtar menegaskan berdasarkan hasil riset kasus korupsi yang menjerat kalangan muda tidak memengaruhi publik untuk menggunakan haknya dalam pemilu.
"Faktanya kasus itu tidak berpengaruh, dan publik lebih yakin ke tempat pemungutan suara (TPS) apabila ada tokoh muda sebagai alternatif," katanya.
Menurut dia tidak adil ketika membandingkan satu kasus yang menimpa anak muda dengan yang menimpa kalangan tua.
Selain itu dia menilai tiap partai memiliki mekanisme dalam memajukan seorang menjadi bakal capres tergantung dinamika internal. "Di masing-masing parpol ada kompetisi, faksi dan fiksi yang menentukan orang punya peluang atau tidak," ujarnya.
Survei Institut Riset Indonesia menyebutkan bakal calon presiden dari kalangan muda merupakan magnet untuk meningkatkan partisipasi politik masyarakat pada Pemilu 2014.
"Apabila capres di bawah 55 tahun maju tingkat partisipasi pemilih sebesar 81,86 persen, sedangkan kalau capres di atas 55 tahun maju tingkat partisipasi pemilih 63,36 persen," kata peneliti INSIS Mochtar W. Oetomo dalam konferensi pers di Jakarta, Ahad.