REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Kebersihan DKI Jakarta menyiagakan sarana dan peralatan kebersihan untuk mengantisipasi munculnya berbagai macam penyakit seiring dengan terjadinya bencana banjir yang melanda wilayah Ibu Kota.
"Alat-alat kebersihan itu digunakan untuk membantu warga agar terhindar dari berbagai penyakit, baik selama terjadinya banjir maupun pascabanjir," kata Kepala Dinas Kebersihan DKI Unu Nurdin di Jakarta, Senin.
Menurut Unu, sarana dan peralatan kebersihan tersebut juga digunakan untuk menjaga kebersihan di tempat-tempat pengungsian agar para pengungsi tidak terjangkit penyakit.
Sarana kebersihan yang disiagakan, antara lain 53 truk sampah, 35 toilet mobile, 13 truk tanki air kotor, empat truk tangki air bersih, enam shovel loder, 25 gerobak motor, serta 523 petugas kebersihan yang siap membersihkan lokasi-lokasi banjir.
Sementara itu, peralatan kebersihan yang disiagakan oleh Dinas Kebersihan DKI, yaitu 1.000 kantong plastik, 250 pengki, 250 cangkrang, 250 loa, dan 250 sekop.
"Dalam melaksanakan tugas penanganan banjir, tentunya kami berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI serta berbagai instansi terkait lainnya," ujar Unu.
Selain itu, dia menuturkan dalam melakukan penanganan banjir, pihaknya juga memiliki serangkaian standar operasional prosedur (SOP), di antaranya mengirimkan petugas dan kendaraan operasional kebersihan di pos pengungsian maksimal dua jam setelah banjir.
"Kemudian, menyediakan tempat penampungan sampah sementara dan peralatan kebersihan lainnya yang diperlukan di pos pengungsian dalam waktu maksimal dua jam," tutur Unu.
Lalu, sambung dia, mengangkut sampah secara rutin untuk dibuang ke lokasi pembuangan akhir, menempatkan toilet mobile di lokasi pengungsian sesuai dengan jumlah kebutuhan, serta memantau kebersihan di lokasi pengungsian.
Dia mengungkapkan bahwa pihaknya juga memiliki SOP pascabanjir, yakni melakukan inventarisasi sarana kebersihan yang rusak untuk perencanaan perbaikan dan membersihkan sisa-sisa sampah atau puing yang berada di lokasi bencana, jalan, jembatan, dan trotoar yang mengganggu lalu lintas umum.
"Belum berhenti sampai di situ, kami juga harus melakukan pengawasan dan pemeriksaan secara terus-menerus mengenai kemungkinan masih adanya sampah atau puing yang berada di lokasi bencana, jalan, jembatan, dan trotoar," tambah Unu.