REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengungkapkan, untuk mempercepat pembangunan infrastruktur di bidang transportasi, dibutuhkan anggaran sebesar Rp 863 triliun. Angka ini meliputi Rp 200 triliun untuk pembangunan pelabuhan dan angkutan sungai danau dan penyeberangan yang terdiri dari 179 proyek.
Kemudian pembangunan bandara senilai Rp 114 triliun dengan 49 proyek serta pembangunan rel kereta api yang membutuhkan Rp 543 triliun untuk 49 proyek. Demikian disampaikan Bambang saat menjadi pembicara dalam Indonesia Investor Forum 3 di Jakarta International Convention Center, Selasa (21/1).
Untuk memenuhi anggaran yang dibutuhkan, Bambang menyebut terdapat dua metode yaitu noncost recovery dan cost recovery. Metode noncost recovery adalah metode yang dikembangkan untuk pembangunan infrastruktur yang secara ekonomi tidak menguntungkan. Untuk itulah peran APBN dan APBD menjadi krusial dalam aspek ini.
Sedangkan metode cost recovery adalah metode yang dikembangkan untuk pembangunan infrastruktur yang secara ekonomi menguntungkan dengan beberapa syarat. Biasanya metode ini diselenggarakan dengan sarana kerja sama pemerintah dan swasta (public private partnership/PPP) dan penugasan khusus melalui BUMN.
Dalam kesempatan yang sama, Bambang mengungkapkan, apabila infrastruktur yang terkait dengan distribusi komoditas andalan Indonesia seperti perikanan, minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) hingga semen diperbaiki secara masif, beban biaya logistik dapat berkurang hingga 26 persen atau dalam angka sekitar Rp 180 triliun.
"Ini berdasarkan studi McKensey yang akan dijadukan patokan dalam renstra Kementerian Perhubungan 2014-2019," ujar Bambang. Lebih lanjut, Bambang menjelaskan, permasalahan logistik dalam negeri erat kaitannya dengan sarana transportasi multimoda yaitu darat, laut dan udara. Logistik juga terkait dengan supply chain (rantai pasok).
"Satu kesatuan utuh yang tidak hanya meliputi infrastruktur fisik tapi juga prosedur yang efisien hingga brainware atau kemampuan SDM yang baik," kata Bambang. Jalan raya dan kereta api, ujar Bambang, adalah tulang punggung konektivitas intrapulau sedangkan angkutan laut dan udara adalah tulang punggung konektivitas antarpulau.