Ahad 26 Jan 2014 09:16 WIB

Nasib Jakarta yang Digempur Banjir

Red: Endah Hapsari
 BANJIR JAKARTA. Warga melintasi salah satu ruas jalan Jakarta yang direndam banjir, Kamis (17/1/2013)
Foto: ANTARA/Wahyu Putro A
BANJIR JAKARTA. Warga melintasi salah satu ruas jalan Jakarta yang direndam banjir, Kamis (17/1/2013)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana banjir di DKI Jakarta selama beberapa hari ini menimbulkan kerugian yang cukup besar di berbagai sektor. Baik itu sektor perdagangan, industri, rumah tangga, transportasi dan lainnya. Namun demikian, diperkirakan kerugian akibat banjir yang melanda DKI Jakarta tahun 2014 ini, tidak sebesar banjir tahun 2013 lalu yang mencapai Rp 20 trilliun.

"Banjir sampai saat ini masih belum selesai, di beberapa tempat masih mengalami banjir. Untuk itu kita belum bisa pastikan dan sebut berapa nominal kerugian yang dialami wilayah DKI Jakarta selama banjir. Untuk menentukan itu kita akan melakukan koordinasi dengan beberapa instansi terkait untuk memastikan besaran angka kerugiannya. Namun yang pasti, diperkirakan tidak seperti tahun lalu yang mencapai angka 20 trilliun," ujar Sarman Simoranjang, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta kepada beritajakarta.com.

Dikatakan Sarman, kerugian yang dialami ketika musibah banjir terjadi di sentra-sentra perdagangan dan industri. "Kawasan perdagangan seperti di Cipulir, Kelapa Gading, Jatinegara, Tanah Abang, paling besar mengalami kerugian karena memang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Walaupun kawasan tersebut sudah tidak lagi banjir, tapi masyarakat atau konsumen yang mau menuju ke sana menjadi terganggu dengan adanya banjir. Akibatnya nilai transaksi menjadi berkurang," tuturnya.

Tidak hanya itu, lanjut Sarman, kerugian juga dialami sektor lainnya yang bersentuhan langsung dengan masyarakat seperti sektor transportasi, kereta api, bus Transjakarta, PLN dan lain sebagainya. "Tapi seperti tahun lalu di PIK (Pusat Industri Kecil) Pulogadung, banjir mencapai 1 meter bahkan lebih sehingga melumpuhkan aktivitas pabrik. Hal itu tidak terjadi pada tahun ini, walaupun banjir masih terjadi namun dengan ketinggian sekitar 50 meter dan aktivitas pabrik masih bisa beroperasi," terangnya.

Yang justru harus diwaspadai, tambah Sarman, adalah peningkatan laju inflasi yang disebabkan naiknya harga-harga kebutuhan sehari-hari seperti sayur mayur dan lain sebagainya. Hal itu lantaran pasokan barang-barang kebutuhan sampai saat ini masih banyak yang mengalami gangguan di lintas Jawa dan Sumatera.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement