Selasa 28 Jan 2014 18:52 WIB

Dampak Ekonomi Bencana Sangat Besar

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Julkifli Marbun
ilustrasi banjir
ilustrasi banjir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbagai macam bencana yang melanda sejumlah daerah di Indonesia telah memakan korban dan memaksa banyak warga mengungsi ke tempat-tempat penampungan.

Berdasarkan data sementara yang dihimpun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), selama bulan ini setidaknya telah terjadi 182 kejadian bencana hidrometeorologi di Indonesia. Di antaranya berupa banjir, longsor, dan puting beliung.

Sebagai dampaknya, 137 orang tewas, 1,1 juta jiwa mengungsi dan menderita, 1.234 rumah rusak berat, 273 rumah rusak sedang, 2.586 rumah rusak ringan. Sementara, di beberapa lokasi, bencana juga menyebabkan kerusakan infrastruktur, lahan pertanian, dan lain-lainnya.

"Sebagian besar korban tewas itu akibat longsor seperti di Kudus, Manado, Kota Tomohon, Jombang dan sebagainya," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, lewat keterangan yang diterima ROL, Selasa (28/1).

Ia menuturkan, dampak ekonomi dari berbagai bencana tersebut juga besar. Menurut data sementara, kerugian dan kerusakan akibat bencana banjir bandang di Sulawesi Utara mencapai Rp 1,87 triliun. Selain itu, banjir di Jakarta, Pantura, dan daerah-daerah lainnya diperkirakan bakal mencapai puluhan triliun.

Tak hanya itu, kata Sutopo, tren bencana hidrometeorologi di Indonesia juga terus mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Faktor antropogenik atau ulah manusia dan degradasi lingkungan menurutnya menjadi faktor yang lebih dominan sebagai penyebab banjir dan longsor, bila dibandingkan dengan faktor-faktor alamiah.

"Rata-rata kerugian dan kerusakan bencana di Indonesia sekitar Rp 30 triliun. Ini belum lagi mencakup bencana-bencana yang besar," ujarnya.

Sementara, kata Sutopo lagi, anggaran untuk penanggulangan bencana jumlahnya sangat terbatas. Terlebih lagi, proporsi alokasi anggaran untuk BPBD masih minim sekali bila dibandingkan dengan total APBD.

"Secara nasional, rata-rata alokasi BPBD tidak lebih dari 0,1 persen dari total APBD. Tentu ini berpengaruh pada penanggulangan bencana di daerahnya," jelasnya.

Ia menambahkan, ancaman banjir dan longsor di sebagian besar wilayah Indonesia diperkirakan bakal terus berlanjut hingga Maret nanti. Ini juga sesuai dengan pola curah hujan di Indonesia yang puncaknya berlangsung dalam Januari- Maret, kecuali di wilayah Maluku dan Halmahera yang puncaknya pada Juni-Juli.

"Kondisi demikian akan menambah statistik data bencana di Indonesia."

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement