Selasa 04 Feb 2014 11:22 WIB

Kanker Kini Pembunuh Terbesar di Australia

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Kanker telah mengungguli penyakit jantung sebagai pembunuh terbesar di Australia, menurut sebuah laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia, WHO.

Menurut Laporan Kanker Dunia oleh WHO, 8,2 juta orang meninggal karena kanker di seluruh dunia di tahun 2012, termasuk 40 ribu orang di Australia.

Laporan Kanker Dunia terakhir dirilis enam tahun lalu dan ini merupakan laporan terbaru  internasional besar pertama mengenai kanker sejak itu.

Didapati bahwa kanker sekarang melebihi  penyakit jantung sebagai pembunuh terbesar dunia di tahun 2011, dengan 7,87 juta kematian akibat kanker dibandingkan dengan 7,02 juta akibat penyakit jantung. Stroke digolongkan secara terpisah.

Di Australia dan negara-negara Barat lainnya, meningkatnya kasus kanker berkaitan dengan meningkatnya populasi manula dan program screening yang semakin gencar.

Gaya hidup juga disorot sebagai faktor penting, dengan populasi di negara-negara seperti Australia lebih mungkin mempunyai susunan makanan yang buruk, gaya hidup yang kurang aktif dan menjadi perokok.

Para dokter memprediksi kasus kanker global akan meningkat dengan tiga-perempat selama dua dasawarsa mendatang dan diperkirakan akan muncul 20 juta kasus baru sebelum 2025.

Laporan itu mengatakan, 3,7 juta kematian akibat kanker sebenarnya dapat dihindari dengan perubahan gaya hidup, seperti berhenti merokok, mengurangi konsumsi alkohol dan memelihara berat tubuh yang seimbang.

Kanker paru-paru merupakan pembunuh terbesar secara global, yang juga pembunuh terbesar di kalangan pria, sedangkan kanker payudara lebih banyak membunuh wanita.

Melanoma terus menjadi masalah di Australia. Orang Australia dan Selandia Baru dua kali kemungkinannya didiagnosa melanoma daripada orang di negara-negara lain.

Menurut laporan itu, di seluruh dunia, lebih dari 14 juta kasus kanker didiagnosa setiap tahun, dan ini menelan biaya lebih dari 1 triliun setiap tahun. Dikatakan, seperlima di antaranya bisa dihindari dengan strategi pencegahan.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement