REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Setelah namanya tak lagi diikutkan dalam bakal capres Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail kembali sibuk dengan tugasnya sebagai Wali Kota. Menurutnya, bursa capres PKS bukanlah suatu ajang kompetisi yang menentukan menang atau kalah.
"Proses ini jangan dianggap sebagai perseteruan dan persaingan yang emosional. Kami menganggap ini biasa. Sebuah kepercayaan yang diberikan anggota, dari kita sendiri juga melakukan performa yang baik. Setelah itu kita serahkan kepada yang berwewenang, yaitu majelis syuro," kata dia saat ramah tamah bersama wartawan di Balaikota Depok, Kamis (6/2).
Ia kemudian mengisahkan ketika diusung PKS tahun 2005 silam menjadi wali kota.
Ketika itu, nama yang muncul dalam pemilu raya (permira) ada 28 nama. Nama-nama tersebut terus di breakdown hingga tersisa satu orang. Menurutnya, mereka yang gugur dalam bakal calon tidak sedikitpun sakit hati. Begitulah PKS mendidik para kadernya, bahwa untuk maju memegang amanah di legislatif atau eksekutif adalah sebuah tanggungjawab.
"Sejak saya menjabat sebagai pejabat publik, saya dipersembahkan oleh partai keadilan ini untuk bangsa dan negara. Semua kita sebagai simpatisan dan pejabat publik yang didukung oleh PKS punya kewajiban untuk menunjukkan kinerja terbaik kita dan melatih diri kita untuk berbirokrasi yang bagus," paparnya.