Kamis 20 Feb 2014 07:06 WIB

Penderita Ispa di Yogya Capai 459 Pasien

Rep: neni ridarineni/ Red: Muhammad Hafil
Warga mulai merapihkan tempat tinggalnya yang rusak parah terdampak erupsi Gunung Kelud di Desa Laharpang
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Warga mulai merapihkan tempat tinggalnya yang rusak parah terdampak erupsi Gunung Kelud di Desa Laharpang

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Masalah Kesehatan Daryanto Chadorie  mengatakan, sampai hari kelima debu vulkanik letusan Gunung Kelud menga kibatkan penderita Ispa di wilayah kota Yogyakarta meningkat tajam dan sudah mencapai 459 pasien.  Hal itu merupakan jumlah penderita Ispa selama lima hari saja sejak debu vulkanik Gunung Kelud sampai ke Yogyakarta,  

Menurut dia penyakit Ispa ini di DIY termasuk 10 besar penyakit dan merupakan ranking ketiga dari segi jumlah pasiennya. Namun selama adanya debu vulkanik akibat letusan Gunung Kelud, menduduki jumlah tertinggi dibandingkan penyakit lain.

Selanjutnya penyakit lainnya yang terdata di pelayanan kesehatan kota Yogyakarta selama adanya debu vulkanik antara lain: iritasi mata sebanyak 72 pasien, faringitis sebanyak 46 pasien, dermatitis sebanyak

46 pasien, diare sebanyak 26 pasien , bronchitis sebanyak delapan pasien,  alergi rhinitis sebanyak enam orang dan PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) sebanyak tiga oarng.

Meskipun demikian masyarakat juga harus tetap waspada terhadap Demam Berdarah Dengue dan Leptospirosis karena banyak genangan air, kata dia.

Selama tahun 2014 ini saja di Kabupaten Bantul sudah ada 15 kasus leptospirosis.Biasanya yang banyak kasus Lepotospirosis di Kabupaten Bantul dan Kulonprogo, tetapi dari Kabupaten Kulonprogo datanya belum masuk.

Selanjutnya kasus Demam Berdarah di DIY  selama Januari 2013-Januari 2014 sudah mencapai 2.920 kasus. Ini lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. ''Karena itu masyarakat harus tetap waspada terhadap DBD.Apalagi pada bulan Februari ini masih musim hujan,''kata Daryanto.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement