Kamis 20 Feb 2014 12:50 WIB

Bemo, Hidup Segan Mati Pun Enggan

Rep: c57/ Red: Karta Raharja Ucu
 Sopir bemo menunggu penumpang di Jalan Mangga Besar, Jakarta, Senin (9/9).    (Republika/Yasin Habibi)
Sopir bemo menunggu penumpang di Jalan Mangga Besar, Jakarta, Senin (9/9). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, Deru mesin kasar terdengar dari mesin satu silider dari kendaraan Midjet jenis MP4 di Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat. Asal hitam nan pekat mengepul dari knalpot yang dipenuhi karat. Masyarakat mengenal kendaraan tersebut sebagai bemo yang merupakan singkatan dari becak-motor.

Dapur pacu kendaraan niaga keluaran pabrikan Jepang, Daihatsu itu menggunakan mesin satu silider, berkapasitas 305 cc dan mampu menghasilkan 12 tenaga kuda. Sayangnya, bensin campur yang digunakan menjadikan bemo sebagai biang dari polusi udara. Alasan itulah yang membuat kendaraan beroda tiga itu perlahan-lahan tereleminasi dari ibu kota.

Pemprov DKI Jakarta memang belum melarang bemo beroperasi, tapi pemerintahan Gubernur Jokowi membiarkan bemo mati sendiri karena dikalahkan zaman. Karenanya, jika nantinya Pemprov melarang bemo beroperasi, para sopir bemo berharap Pemprov DKI menarik mereka menjadi sopir Transjakarta atau sopir mikrolet demi menyambung hidup.

Sayangnya, Koperasi Kalpika yang menjanjikan para sopir bemo dengan mikrolet tidak pernah terelisasi. Warno, sopir bemo di Pasar Baru mengaku bosan mendengar janji tersebut. Gubernur Jokowi juga belum menepati janjinya membantu sopir bemo mendapatkan mikrolet.