Jumat 21 Feb 2014 09:03 WIB

Dampak Hujan Abu, Produksi Susu Turun

Rep: Edy Setiyoko/ Red: Muhammad Fakhruddin
 Bantaran sawah rusak parah di Kecamatan Badas, Pare, Kediri, Jawa Timur, Rabu (19/2).  (Republika/Adhi Wicaksono)
Bantaran sawah rusak parah di Kecamatan Badas, Pare, Kediri, Jawa Timur, Rabu (19/2). (Republika/Adhi Wicaksono)

REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Hujan abu vulkanik erupsi Gunung Kelud, Kediri (Jatim), kini masih terasa dampaknya, ternyata juga berpengaruh buruk terhadap produk susu. Peternak sapi perah yang tergabung dalam Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Kabupaten Boyolali, mengaku terjadi penurunan produk susu pascahujan abu.

Hampir semua sektor kehidupan dan usaha merasakan akan dampak hujan abu vulkanik Gunung Kelud. Termasuk sentra peternak sapi perah di sini. ''Produksi susu sapi kami mengalami penurunan mencapai 15 ton per hari,'' tutur Kuncoro, Ketua GKSI Kabupaten Boyolali, Jum'at (21/2).

Menurut Kuncoro, tingkat produksi susu di Kabupaten Boyolali saat normal, atau sebelum bencana erupsi Gunung Kelud, mencapai 90-100 ton per hari. Namun, sejak terkena dampak hujan abu vulkanik, produksi mengalami penurunan cukup sangat tinggi. Produksi susu sapi merosot, atau turun sekitar 10-15 ton per hari.

Masih menurut Kuncoro, penurunan produksi susu ini disebabkan berkurangnya pakan rumput. Jenis pakan hijauan yang diberikan kepada sapi perah ini, guna meningkatkan asupan gizi yang berpengaruh terdahap produk susu. Berhubung pascahujan abu, seluruh hamparan tanaman rumput tertutup abu, tidak bisa dimanfaatkan untuk konsumsi ternak.

Petani tidak mungkin nekad membabat rumput Kalanjana untuk dibawa pulang. Meskipun sudah dicuci, sapi tidak bakal mau makan. Karena daun rumput masih terasa ada pasir. Orang bilang Jawa /ngeres/ atau kasar bila diraba dengan tangan. Dalam kondisi demikian, sapi jelas tidak mau mengkonsumsi. Dan, bau dari bekas abu vulkanik sangat terasa. Hewan sapi sangat sensitif bau semacam ini.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement