REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia, Rabu (26/2) waktu setempat, meminta pemuka agama cabang Ortodoks utama di Ukraina untuk mencegah konflik agama agar tidak meningkat di negara itu.
Ukraina memiliki tiga gereja Ortodoks utama, tetapi hanya salah satu dari mereka --Gereja Ortodoks Ukraina Patriarkat Moskow (UOC-MP)-- yang berada di bawah yurisdiksi rohaniwan dari Rusia dan kanonik diakui oleh seluruh komuni Ortodoks Timur.
Perpecahan di masyarakat Ortodoks Ukraina sebagian besar mencerminkan perpecahan politik selama beberapa dekade di negara itu, dengan barat pro-Eropa dan timur pro-Rusia dan selatan.
Para anggota UOC-MP pro-Rusia mengeluhkan provokasi terhadap tempat-tempat ibadah pada awal pekan ini.
"Rusia sangat prihatin dengan perilaku kekerasan kaum ekstremis, yang terus memaksakan kehendak mereka dan menegakkan pandangan mereka karena mereka benar-benar yakin bahwa itu akan ditoleransi dan tindakan mereka akan luput dari hukuman," kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan.
Para anggota UOC-MP lebih dari separuh dari semua komunitas Kristen Ortodoks di Ukraina. Ini adalah lembaga keagamaan terbesar dan mengontrol dua pertiga dari semua organisasi keagamaan di negeri ini.
Dua lainnya adalah Gereja Ortodoks Ukraina Kiev Patriarkat (UOC-KP) dan Gereja Ortodoks Ukraina Otosefalus. Yang pertama memiliki kehadiran kuat di ibu kota Kiev dan wilayah tengah. Sedangkan, yang kedua menikmati dukungan luar biasa dari sebagian negara-negara Barat.
Anggota UOC-MP mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Rabu bahwa tempat-tempat suci yang berada di bawah pemerintah menjadi sasaran provokasi oleh kaum radikal.