REPUBLIKA.CO.ID, PANDEGLANG -- Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Pandeglang akan membentuk "Rhino Health Unit"-RHU) untuk menjaga dan memeriksa kesehatan badak jawa serta penyebab kematian dari hewan langka tersebut.
"Kita telah membentuk RHU yang anggotanya dari berbagai kalangan, termasuk dokter hewan dan masyarakat," kata Kepala Balai TNUK Pandeglang Haryono di Pandeglang, Kamis (27/2).
Pembentukan RHU, kata dia, sangat penting, terutama untuk mengetahui penyebab kematian badak, memeriksa jika hewan langka itu sakit, mengantisipasi kalau ada ternak masyarakat yang tinggal di sekitar TNUK yang mengidap penyakit RHU juga melakukan antipasi kemungkinan penyebaran penyakit dari hewan lain yang hidup di TNUK ke badak jawa.
Ia juga menyatakan selama 2012-2013 ditemukan dua ekor badak mati di kawasan tersebut.
Badak jawa yang mati pada 2012 bernama Sudara dengan nomor identitas 009.2011 dan yang mati 2013 bernama Iteung ID:022.2011.
Haryono menyatakan, seluruh badak jawa yang hidup di kawasan TNUK diberi nama serta nomor identitas serta album foto hasil jepretan kamera video yang dipasang saat kegiatan monitoring. Balai TNUK, kata dia, secara rutin melakukan monitoring badak jawa untuk mengetahui perkembangan populasi hewan yang statusnya dilindungi tersebut.
"Dari hasil monitoring yang kita lakukan selama 2013 diketahui kalau jumlah badak jawa yang hidup di kawasan TNUK 58 ekor, yakni delapan anak dan 50 ekor badak remaja dan dewasa," katanya. Kondisi itu, lanjut dia, sangat menggembirakan karena selama satu tahun telah terjadi penambahan tujuh ekor badak. Hasil monitoring 2012 hanya 51 ekor.