Sabtu 01 Mar 2014 15:59 WIB

Referensi Pemimpin Idaman (2-habis)

Ilustrasi
Foto: 4shared.com
Ilustrasi

Oleh: Erdy Nasrul

Lukman menyatakan, manusia pada era sekarang ini harus mengikuti jejak Rasulullah. “Akhlak Rasulullah harus ditiru,” imbuhnya.

Ketika menjadi pemimpin, Rasulullah tidak melakukan korupsi. Yang didahulukan adalah kepentingan umat, bukan kepentingan segelintir orang apalagi individu.

Sayangnya, jelas Lukman, saat ini banyak mengabaikan suri tauladan Rasulullah. Banyak aparatur negara dan wakil rakyat yang lebih mendahulukan korupsi. “Bangsa ini menjadi rusak karena semakin menjauhi dan mengabaikan akhlak Rasulullah,” imbuh Lukman.

Dosen Universitas Yarsi Jakarta DR Andian Parlindungan mengatakan, tidak ada ruginya meneladani Rasulullah SAW dalam menjalani hidup. Akhlak Rasulullah dalam bernegara tercermin dalam sifat kepemimpinannya, yaitu dipercaya, transparan, amanah, dan cerdas.

“Semua itu akan membawa kita bernegara secara benar,” jelasnya. Jika saja aparatur negara dan wakil rakyat melaksanakan sifat-sifat tersebut, diyakininya Indonesia akan semakin lebih baik.

Andian menyatakan, apa yang ada pada diri Rasulullah sudah pasti kebaikan. Siapa pun sangat mampu untuk meneladani Rasulullah. Permasalahannya, jelas Andian, apakah mau meneladani Rasulullah atau tidak. “Mereka yang korupsi jelas tidak meneladani Rasulullah,” papar Andian.

Ia merasa prihatin, sosok Rasulullah hanya menjadi bahasan ilmu. Tapi, seseorang belum tentu berkehidupan seperti Rasulullah. Ada pula yang  meneladani Rasulullah setengah-setengah. “Akhirnya tidak maksimal,” papar Andian.

Menurutnya, semua yang ada pada diri Rasulullah sangat layak diteladani. Keteladanan Rasulullah SAW tercermin dalam berbagai aspek kehidupannya.

Ada yang berupa ketekunan ibadah, kebaikan dalam keluarga dan rumah tangga, kebaikan bermuamalah, keteladanan pengelolaan pemerintahan dan penegakan hukum dan pengelolaan pemerintahan. “Sebagai uswah hasanah, kita wajib mengikuti Rasulullah,” katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement