Sabtu 01 Mar 2014 16:38 WIB

KH Luthfi Fathullah: Rasulullah Suri Teladan (1)

Ilustrasi
Foto: 4shared.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Rasulullah SAW adalah teladan yang mulia. Umat Islam wajib mengikuti jejak keteladanan tersebut. Sayangnya, kecintaan terhadap sosok Muhammad perlahan tergeser.

Menurut pendiri sekaligus pimpinan Pusat Kajian Hadis Jakarta KH DR Luthfi Fathullah, pergeseran itu terjadi akibat serangan materialisme dan hedonisme yang menjangkit umat.

“Akhirat tertutup dengan kemewahan dunia,” katanya. Berikut perbincangan lengkap wartawan Republika Erdy Nasrul dengan pakar dan dosen hadis di sejumlah perguruan tinggi tersebut.    

Benarkah Rasul adalah figur teladan yang sempurna?

Tidak ada yang menyangkal bahwa Rasulullah adalah suri teladan bagi alam raya. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS al-Ahzab:21).

Dalam Tafsir Jalalain diterangkan bahwa Rasulullah adalah uswah hasanah atau suri teladan yang baik yang harus diikuti dalam berperang dan mempertahankan berbagai wilayah tanah air.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan bahwa ayat yang mulia ini merupakan pokok yang besar dari keharusan meneladani Rasulullah dalam ucapan-ucapan, perbuatan-perbuatan, dan berbagai keadaan beliau. Oleh karena itu, Allah SWT memerintahkan manusia untuk meneladani Nabi.

Pada Perang Ahzab, diteladani kesabaran beliau. Sikap gigih dalam menghadapi musuh, menjaga garis batas dengan musuh, kesungguhan, dan kesabaran beliau di dalam  menunggu jalan keluar dari Allah SWT dalam pengepungan pasukan Ahzab itu.  

Apa urgensi meneladani Rasulullah?

Nabi Muhammad adalah contoh terbaik untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Kalau mau mengukur manakah yang lebih penting, apakah dunia atau akhirat, tentu saja jawabannya akhirat lebih. Ini bukan berarti membuat kita semakin tidak tertarik terhadap Rasulullah karena dia semasa hidupnya mengajarkan bahwa ada kehidupan setelah kematian di dunia. Dan, kita harus mempersiapkan untuk itu.

Kehidupan akhirat secara lahir mungkin tidak memikat karena hanya berupa ibadah, kemudian menampakkan kehidupan sederhana. Sementara, kehidupan dunia menampakkan kemewahan. Kalau meniru Rasulullah secara lahir kelihatannya mungkin kurang, tapi ini harus dilakukan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement