REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia tidak akan mengacuhkan permintaan yang diajukan oleh Sergiy Aksyonov. Aksyonov, pemimpin pemerintahan di wilayah Crimea, Ukraina bagian selatan, meminta agar Presiden Negeri Beruang Merah, Vladimir Putin, turun tangan untuk mengatasi ketegangan yang memuncak seturut invasi militer Rusia.
"Rusia tidak akan membiarkan permintaan ini tanpa perhatian," ujar sumber di lingkaran pemerintahan Kremlin seperti dilansir AFP, Sabtu (1/3).
Sebelumnya, Aksyonov dalam sebuah pidato, yang dikutip media massa lokal dan disiarkan secara penuh oleh Pemerintah Rusia, mengungkapkan kegalauannya. "Dengan mempertimbangkan tanggung jawab saya untuk kehidupan dan keamanan warga, saya meminta Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membantu dan memastikan kedamaian diwilayah Crimea," kata Aksyonov. Akan tetapi, nampaknya permintaan Aksyonov sia-sia.
Kejatuhan Presiden Ukraina Viktor Yanukovich telah berimbas pada meningkatnya ketegangan antara negeri Ukraina dengan Rusia. Militer Rusia, kemarin, dilaporkan memblokade Bandara Sevastopol di Crimea. Bandara di wilayah lain yakni Simferopol, juga diblokade. Pemerintah sementara Ukraina pun mengecam aksi tersebut.
Menurut Menteri Dalam Negeri Ukraina Arsen Avakov, seperti dikutip AP, sepak terjang militer Rusia adalah sebuah invasi militer. "Ini melanggar norma dan hukum internasional," kata Avakov.
Crimea adalah sebuah wilayah yang menjadi kantung pro-Rusia. Terdapat 2,3 juta jiwa di Crimea dan mayoritas berbicara dalam bahasa Rusia. Pada pemilihan presiden 2010 silam, mayoritas warga di sini mendukung Yanukovich menjadi Presiden.