REPUBLIKA.CO.ID,MOSKOW -- Kehadiran tentaran Rusia di daerah otonom Krimea, Ukraina, untuk tujuan damai, bukan perang. Rusia, kata Direktur International Middle Eastern Studies Club (IMESClub), Maria Dubovikova, tidak ingin terjadi persoalan lebih serius di perbatasan kedua negara itu yang bisa menimbulkan korban jiwa lebih banyak.
Presiden Valdimir Putin, menurut anggota thin-tank Universitas Amerika di Moskow ini, ingin menghindari segala bentuk provokasi, rencana jahat, dan intimidasi menyusul terjadinya penggulingan Presiden Victor Yanukovich. Jika keadaan ini dibiarkan, Maria berkeyakinan pertumpahan darah akan terjadi di wilayah itu.
"Dan itu akan mengganggu stabilitas keamanan Rusia sendiri," kata Maria seperti dikutip //Alarabiyah//, Senin (3/3).
Kehadiran tentara Rusia, sambung dia, adalah sebagai penjaga perdamaian, yang itu tampak jelas didukung rakyat Ukraina timur. Kehadiran mereka telah dinanti-nantikan warga lokal yang kebanyakan keturunan Rusia.
Penolakan terhadap gerakan politik penggulingan presiden sah, kata Maria, menyebabkan warga di Krimea marah dan ingin melawan pemerintah saat ini. Yang dilakukan tentara Rusia sekarang, untuk meredakan ketegangan tersebut, agar tidak terjadi persoalan serius yang menjurus perang sipil.
"Rakyat Ukraina yang pro timur bertanya-tanya mengapa presiden yang mereka pilih secara demokratis ditumbangkan oleh sekelompok orang bayaran Barat?" kata Maria.