Oleh: Nashih Nashrullah
Sekarang, silaturahim sudah menjadi tren di Indonesia karena penuh dengan keberkahan. Silaturahim memudahkan rezeki dari Allah SWT dan membuat usia berkah. Silaturahim juga menjadi upaya mengubah perkara mustahil menjadi mungkin terjadi, berkat silaturahim.
Menurut peraih penghargaan ‘Tokoh Perubahan Republika 2011’ ini, urgensi silaturahim menjadi begitu penting. Ia menciptakan sebuah nilai dasar antara hubungan orang yang bersilaturahim dan orang yang didatangi.
Dari perjumpaan itu lahirlah perdamaian, kesejahteraan, dan nilai-nilai yang sangat besar. Nilai kasih sayang, kepedulian, kebersamaan, kesyukuran, bahkan nilai yang dikenal akan melahirkan kekompakan bersama. Begitu kita bersilaturahim, kita pun bertukar pikiran dan ilmu dengan orang lain, tuturnya.
Esensi silaturahim, ungkap Fadlan, adalah dinding-dinding hati sesama Muslim menjadi semakin dekat dan akan menggugurkan dosa-dosa. Sehingga, tak ada lagi prasangka buruk dan tercipta energi positif. Kepedulian juga akan lahir antarsesama sehingga persoalan yang memberatkan dapat dihadapi bersama. Dengan kepedulian itulah kemudian tercipta perubahan.
Di Indonesia, silaturahim saat Idul Fitri lebih dikenal dengan halal bihalal. Saling memaafkan sehingga tak ada lagi sekat. Dari ragam media menjalin bersilaturahim yang ditawarkan teknologi, pertemuan langsung tetap tak tergantikan.
Dampak egoisme dan sentimen
Seperti halnya manfaat silaturahim yang segudang, demikian pula mudarat yang ditimbulkan dari memutus hubungan silaturahim. Hadis riwayat Abu Bakrah RA, seperti dinukilkan oleh Imam at-Turmudzi, menyebutkan bahwa tak ada dosa yang sanksinya pantas diberlakukan di dunia dan akhirat kecuali dosa memutus tali silaturahim.
Menurut Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dr Shabahussurur, jika salah satu manfaat silaturahim adalah menambah rezeki dan membuat usia bertambah berkah, sebaliknya, memutus tali silaturahim bisa menghilangkan kedua keutamaan itu, minimal. Jika kita memutus silaturahim maka akan terjadi sebaliknya. Rezeki akan sempit, ujarnya.
Ia mengutip hadis riwayat Muslim bahwa Rasulullah SAW menyatakan rahmat tidak akan turun kepada kaum yang padanya terdapat orang yang memutuskan tali silaturahim. Ia beranalogi, zaman sekarang kesulitan datang tanpa bersilaturahim.
Bisa meliputi susah mencari pekerjaan, karier seret, dan rezeki terhambat. Jangan memutus tali silaturahim. Apa pun medianya, bisa melalui jejaring sosial, telepon, atau datang langsung. Kita tak diperkenankan memutus silaturahim, ungkapnya.