REPUBLIKA.CO.ID,TULUNGAGUNG -- Seorang pria paruh baya di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, ditembak orang misterius sehingga harus menjalani perawatan intensif di RSUD setempat, Jumat (7/3) sekitar pukul 21.30 WIB.
Informasi yang diperoleh Sabtu pagi menyebutkan korban bernama Mujani (50), warga Desa Sebalor, Kecamatan Bandung, mengalami dua luka bekas tembakan di bagian dada kanan.
Polisi masih menunggu hasil visum maupun kesaksian/keterangan korban yang masih menjalani observasi di ruang "Red Zone" Instalasi Rawat Darurat RSUD dr Iskak, Tulungagung.
"Saya memang tak mendengar ada suara tembakan karena berada di depan televisi di dalam rumah saat bapak berteriak minta tolong karena tertembak seseorang," tutur Marsini, istri Mujani, saat menunggui suaminya di depan IRD RSUD dr Iskak.
Ia menyebut, sempat ada insiden pelemparan benda mirip kaca ke pintu utama rumah mereka sebelum insiden penembakan.
Marsini dan Mujani yang malam itu sedang asyik menonton acara televisi di dalam rumah bersama anak bungsu mereka, terkejut dan dilanda penasaran.
Kata Marsini, suaminya saat itu berinisiatif memeriksa sumber suara.
Dibukanya pintu depan dan ia keluar sambil menyorotkan lampu senter ke sekitar halaman rumah mereka.
"Bapak sempat berteriak dari luar kalau tidak ada apa-apa ataupun siapa-siapa, sebelum tiba-tiba berteriak lagi kalau terkena tembakan," tutur Marsini melanjutkan.
Mujani saat itu masuk lagi ke dalam rumah sembari memegangi dada kanannya yang mengeluarkan darah segar.
Marsini langsung panik dan berteriak meminta pertolongan warga sekitar. "Tolong bapak ditembak, bapak ditembak. Tolong," teriak Marsini berulang-ulang.
Rasa takut membuat Marsini semakin panik dan tak berani keluar. Ia takut menjadi sasaran tembakan susulan oleh orang yang tidak diketahui identitas maupun keberadaannya, karena suasana di sekitar rumah mereka yang di pinggir hutan dan di kaki bukit sangat gelap.
Keberaniannya mulai muncul setelah beberapa warga dan kemenakannya, Aris (35), tiba dan segera memberikan pertolongan pertama pada korban.
"Kami juga tidak mendengar ada suara letusan senjata api atau apa. Tapi melihat bekas lukanya, kami yakin itu bekas tembakan," kata Roji, tetangga Marsini yang rumahnya berjarak sekitar 50 meter dari lokasi kejadian.
Warga yang mencoba mencari pelaku penembakan tak mendapati siapapun di sekeliling rumah Mujani.
Korban yang berlatar belakang pencari batu dan petani hutan ini kemudian dibawa ke rumah sakit, karena khawatir lukanya terus mengeluarkan darah.
Di RSUD dr Iskak, Mujani sempat menjalani perawatan intensif di ruang Red Zone Instalasi Rawat Darurat. Saat itu, puluhan polisi dari unit buru sergap, intelijen serta Kasat Reskrim Polres Tulungagung, AKP Lahuri tampak berjaga di luar sembari menunggu hasil visum.
Pihak rumah sakit yang awalnya bersikap terbuka kepada wartawan tiba-tiba mengusir para pencari berita dari ruang Red Zone dengan alasan area steril dari pengunjung maupun orang+orang selain petugas medis.
Dokter jaga juga tidak bersedia memberi keterangan dengan alasan tidak mendapat izin dari manajemen.
Namun sumber dari tenaga paramedis yang melayani perawatan Mujani, mengatakan, hasil observasi maupun radiologi tidak mendapati adanya proyektil peluru pada tubuh korban.
Benar terjadi dua titik perlukaan menyerupai bekas tembakan. Namun karena tidak ada material proyektil peluru, dokter tidak berani menyimpulkan sebagai bekas tembakan.
"Mungkin ada penyebab lain," kata sumber internal RSUD.
Konfirmasi hasil observasi dan radiologi tersebut membuat sejumlah warga dan anggota keluarga Mujani yang menunggu di luar fasilitas IRD penasaran.
Sebab, kata mereka, luka yang dialami Mujani jelas berbentuk dua lubang yang tembus kaos sehingga melukai dada kanan korban.
Kasat Reskrim Polres Trenggalek, AKP Lahuri belum bersedia memberikan keterangan pers kepada media. Dia hanya berkata kasus itu sedang dalam penyelidikan. "Nanti saja, ini masih diselidiki," ujarnya.