Oleh: Nashih Nashrullah
Imam as-Suyuthi menulis dua kitab sekaligus untuk menguatkan fakta bahwa orang tua Nabi Muhammad SAW akan selamat.
Kedua kitab itu bertajuk Masalik al-Hunafa fi Najat Waliday al-Musthafa dan at-Ta'dhim wa al-Minnah bi Anna Waliday al-Mushthafa fi al-Jannah.
Selain kedua kitab itu, ada deretan karya lain para ulama, seperti Ad-Duraj al-Munifah fi al-Aba' as-Syarifah, Nasyr al-Alamain al-Munifain fi Ihya al-Abawain as-Syarifain, al-Maqamah as-Sundusiyyah fi an-Nisbah al-Musthafawiyyah, dan as-Subul al-Jaliyyah fi al-Aba' al-Jaliyyah.
Masih banyak kitab lain yang membantah dugaan bahwa orang tua Rasul akan masuk neraka. Dar al-Ifta memaparkan, mengacu ke deretan kitab tersebut, kedua orang tua Rasul hidup pada masa fatrah atau kekosongan risalah.
Ketika itu, dakwah tidak sampai pada masyarakat Makkah. Ulama Ahlus Sunnah sepakat, mereka yang hidup pada periode kevakuman risalah itu dinyatakan selamat. Ini merujuk pada ayat ke-15 surah al-Isra' di atas.
Sekalipun keduanya akan melalui ujian melintasi jembatan shirath, seperti halnya umat lainnya maka keduanya termasuk golongan yang taat. “Berbaiksangkalah kedua orang tua Rasul merupakan golongan taat saat ujian melintasi jembatan,” kata Imam Ibn Hajar al-Asqalani, seperti dinukilkan oleh Dar al-Ifta'
Tuduhan bahwa keduanya termasuk kaum musyrik yang menyekutukan Allah dengan berhala, tidak benar. Abdullah dan Aminah tetap konsisten dalam keotentikan agama Ibrahim, yaitu tauhid.
Fakta kesucian keyakinan kedua orang tua Rasul ini dikuatkan antara lain oleh Imam al-Fakhr ar-Razi dalam kitab Asrar at-Tanzil kala menafsirkan ayat ke 218-219 surah as-Syu'ara .
Imam as-Suyuthi menambahkan, dalil lain tentang fakta bahwa garis keturunan Rasul yang terdekat terjaga dari aktivitas penyimpangan akidah. Ini seperti ditegaskan hadis bahwa Rasululllah dilahirkan dari garis nasab yang istimewa dan terpilih yang konsisten terhadap tauhid.