REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Rencana Gereja Katolik Spanyol mengambil alih Masjid Cordoba banyak dikritik. Langkah itu dianggap wujud tidak adanya pengakuan terhadap peradaban Islam di Spanyol.
"Selama beberapa tahun terakhir, Keuskupan Cordoba menghapus istilah masjid dari semua selebaran informasi," demikian petisi yang disuarakan kelompok pembela hak Muslim Cordoba dalam "Save The Cordoba Mosque, seperti dilansir afp, Jumat (14/3).
Menurut kelompok tersebut, banyak hal yang dihilangkan dalam eksistensi peradaban Islam Cordoba. Salah satunya, meniadakan pembangunan sejarah Masjid. Sebutan Masjid Cordoba pun dihilangkan dengan mengantinya Katedral Santa Iglesia.
Masjid Cordoba dibangun antara tahun 784-786 di masa pemerintahan Kalifah ABd Al-Rahman I. Awalnya, masjid ini berfungsi sebagai masjid selama lima abad. Pada masa kemunduran kekalifahan Islam, masjid ini diubah fungsinya menjadi gereja oleh Ferdinand III, Raja Castile.
Yang disayangkan, Gereja mengumumkan kontrol atas situs agama sejak tahun 2006 tanpa memberitahu pemerintah. Baik Muslim maupun pembela hak umat Islam menilai langkah tersebut merupakan upaya terselubung Gereja Katolik menekan peninggalan peradaban Islam.
Sebelumnya, sebanyak 156 ribu tanda tangan dibubuhkan umat Islam dan Kristen terkait rencana gereja tersebut. "Bagi warga Cordoba, sungguh menyakiti perasaan bila mereka mengubah sejarah," kata Antonio Manuel Rodrigues, Pakar Hukum Universitas Cordoba.
Di sisi lain, Gereja Katolik Spanyol telah mendapat dukungan dari kalangan konservatif. Mereka selanjutnya membuat petisi tandingan dengan mengumpulkan lebih dari 96 ribu tanda tangan.