Selasa 18 Mar 2014 14:13 WIB

Memahami Makna Batin Alquran: Sirath al-Mustaqim (1)

Ilustrasi
Foto: Wodpress.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Penyatuan berbagai unsur diri untuk ibadah memerlukan usaha tersendiri.

Doa yang paling sering diucapkan setiap hari ialah, “Ihdina as-shirath al-mustaqim (tunjukkanlah kami jalan yang lurus).”

Kita harus membaca surah al-Fatihah di dalam 17 rakaat shalat fardhu sehari semalam ditambah sejumlah rakaat shalat sunah rawatib.

Setiap shalat dan berdoa selalu kita membaca surah al-Fatihah. Salah satu ayatnya ialah, “Ihdina as-shirath al-mustaqim.” Pertanyaannya ialah apa yang dimaksud dengan Ihdina al-shirath al-mustaqim?

Kata ihdina merupakan bentuk kalimat perintah (fi'il amr) dari akar kata hada yang berarti menunjuk. Seakar kata dengan hidayah berarti petunjuk dari Allah SWT, kemudian dihubungkan dengan kata ganti ketiga jamak, yaitu kami (nahnu). 

Mengapa harus jamak? Itu mengikut dari ayat sebelumnya, “Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in (hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya Engkaulah tempat kami meminta pertolongan).”

Meskipun shalat sendirian, tetap saja ayat di atas harus dibaca dengan pola jamak karena sesungguhnya yang sedang menyembah kepada Allah adalah diri kita serentak dengan berbagai lapisan dan unsur-unsurnya. Meskipun hanya diri kita sendiri, bukankah diri kita memiliki berbagai unsur.

Unsur kecerdasan saja kita miliki bermacam-macam, antara lain, kecerdasan visual, intelektual, emosional, dan spiritual. Belum lagi, unsur jasad dan unsur rohani kita masing-masing memiliki perangkatnya. Sel-sel yang hidup di sekitar otak saja, menurut para neurolog, tidak kurang dari 20 miliar unit.

Penyatuan atau sinergi dari berbagai unsur di atas memerlukan usaha tersendiri. Usaha itu meliputi pemahaman yang mendalam terhadap hakikat diri (ma'rifah an-nafs) untuk selanjutnya memahami hakikat Allah (ma'rifatullah).

Pemahaman kedua hakikat inilah nanti yang akan melahirkan pemahaman, sekaligus kesadaran tauhid dalam arti seutuhnya yang biasa disebut dengan tauhid adz-dzat, tauhid al-asma', tauhid as-shifat, dan tauhid al-af'al. Uraian tentang hal ini akan dibahas dalam sutu artikel khusus.

Sungguh, sangat indah dan tepat redaksi ayat-ayat dalam surah al-Fatihah yang menggunakan kata ganti jamak. Yang harus menyembah dan memohon pertolongan Tuhan ialah serentak keseluruhan unsur tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement