Oleh: Ani Nursalikah
Sebelum diambil alih oleh klan Rasulid, Yaman telah diperintah Dinasti Ayyubiyyah yang didirikan Salahuddin al-Ayyubi di Mesir.
Di antara kelompok-kelompok etnis Yaman, ada juga Arab, Kurdi, dan Turki. Kelompok tersebut hidup berdampingan dengan penduduk Yahudi yang cukup banyak, Persia, dan segelintir orang Yunani, Armenia, Georgia, dan Circassia.
Maka, kamus itu harus dilihat bukan hanya sebagai hasil karya intelektual seorang raja, tetapi juga produk dari sebuah lingkungan yang sangat internasional.
Kolom bahasa Arab dan Persia dalam heksaglot (kamus enam bahasa) itu menjadi contoh tulisan khas Arab dan Persia dari akhir abad pertengahan, tetapi bahasa lain dalam kamus juga diberi komentar khusus. Misalnya, kata-kata Turki di bagian akhir kamus, berasal dari dialek yang terkait erat dengan bahasa Turki modern, Azerbaijan, dan Turkmenistan.
Sedangkan, kata-kata Turki di bagian awal menampilkan kedekatan dengan kelompok bahasa Turki yang meliputi Tatar, Bashkir, Kazakhstan, dan Karakalpak. Semua bahasa tersebut digunakan di negara bekas Uni Soviet.
Kemungkinan dari diskontinuitas itu adalah Rasulid Hexaglot terdiri dari dua kamus terpisah yang disusun bersama membentuk satu kesatuan. Pada bagian entri Yunani dan Armenia, ada sejumlah karakteristik umum kedua bahasa yang langka ditemukan, yakni ditulis dalam aksara Arab.
Contoh termashyur bahasa Yunani yang ditulis dalam aksara Arab adalah serangkaian puisi yang ditulis penyair Jalaludin Rumi pada abad ke-13. Dialek Yunani dan Armenia dari abad pertengahan yang terekam di kamus kini sudah punah. Ejaan awal kedua bahasa itu menunjukkan al-Afdhal mendengar kata-kata itu dari penutur asli, bukan dari teks.
Dari sudut pandang filologis, bagian Mongolia di kamus tersebut adalah kolom yang paling berharga dari semua. Meski Mongolia berkuasa di Timur Dekat (membentang dari Iran, Irak, dan berpusat di Persia Azerbaijan) sejak 1256 sampai sekitar 1335 M, semua karya sastra yang selamat ditulis dalam bahasa Persia, Arab, atau Suriah.
Bahasa Mongolia dituturkan di beberapa bagian dunia Islam selama beberapa dekade, tapi sedikit yang diketahui tentang dialek itu sampai ditemukannya Rasulid Hexaglot.
Sampai sekarang belum jelas apakah al-Afdhal menggunakan sumber-sumber tertulis dalam menyusun kolom ini atau apakah dalam 30 atau 40 tahun setelah Mongol tidak lagi memerintah di Timur Dekat, ia menemukan seseorang yang masih berbicara Mongolia di Yaman.