Rabu 19 Mar 2014 20:20 WIB

PDIP Sulit Berkoalisi dengan Demokrat dan Gerindra

Partai Politik
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Partai Politik

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pengamat politik Muhammad Qodari menilai PDI Perjuangan sulit berkoalisi dengan Partai Demokrat dan Partai Gerindra untuk memenangi pemilu presiden 2014 karena adanya hambatan komunikasi.

"Saya memperkirakan sulit karena adanya hambatan antara PDI Perjuangan dan Partai Demokrat pada masa lalu serta antara PDI Perjuangan dengan Partai Gerindra saat ini," kata Muhammad Qodari usai menjadi pembicara pada diskusi "Dialog Kenegaraan: Pemilu 2014: Perang Tokoh Calon Senator" di Gefung MPR/DPR/DPD RI Jakarta, Rabu.

Qodari menjelaskan, hambatan antara PDI Perjuangan dan Partai Demokrat yakni adanya hubungan yang kurang harmonis antara Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dengan Susilo Bambang Yudhoyono (saat menjabat Menko Polkam) yang sekarang menjadi Ketua Umum Partai Demokrat.

Hubungan kurang harmonis antara kedua tokoh tersebut, kata dia, terjadi menjelang pemilu 2004 yang kemudian terus berlanjut.

Sementara itu, kata dia, hambatan antara PDI Perjuangan dan Partai Gerindra terjadi saat ini menyusul pernyataan dari Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto yang menilai Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri melanggar perjanjian Batu Tulis, karena mengusung Joko Widodo atau Jokowi sebagai calon presiden dari PDI Perjuangan.

Dalam pandangan Gerindra, kata dia, berdasarkan perjanjian Batu Tulis, PDI Perjuangan mengusung Prabowo Subianto sebagai calon presiden pada pemilu presiden 2014. "Pernyataan Prabowo itu kemudian menjadi polemik di antara kedua partai saat ini," katanya.

Dalam pasal lainnya, kata dia, disebutkan jika pasangan Megawati dan Prabowo memenangi pemilu presiden, maka Megawati dan Prabowo sama-sama membentuk kabinet dan Prabowo diberikan kewenangan menenetukan 10 menteri kabinet.

Namun faktanya, kata dia, pasangan Megawati dan Prabowo tidak terpilih sebagai presiden dan wakil presiden, sehingga kesepakatan pada pasal berikutnya juga menjadi gugur.

Direktur Eksekutif Indo Barometer ini juga menilai komunikasi yang dilakukan Gerindra terhadap PDI Perjuangan agak keliru.

Dari pantauan berita-berita yang dilansir media massa, kata dia, Gerindra terkesan menyerang PDI Perjuangan, padahal tipikal Megawati adalah figur yang berkomunikasinya dengan hati bukan dengan menekan.

Sementara itu, kader senior PDI Perjuangan Sabam Sirait mengatakan, sepengetahuannya tidak ada kesepakatan untuk mendukung Prabowo Subianto menjadi calon presiden pada pertemuan di Istana Batu Tulis Bogor pada 2009.

Menurut dia, pertemuan itu dihadiri 12 orang yakni enam orang dari PDI Perjuangan termasuk Megawati serta enam orang dari Partai Gerindra termasuk Prabowo Subianto.

Namun, kata dia, hingga usai pertemuan di Batu Tulis tidak ada perjanjian Batu Tulis.

"Setelah pertemuan itu, saya dan hadirin pulang. Saya tidak tahu kalau ada pertemuan berikutnya yang menghasilkan perjanjian Batu Tulis, " katanya.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement