REPUBLIKA.CO.ID,TAIPEI -- Ratusan mahasiswa dan para aktivis menentang kesepakatan perdagangan yang telah dibuat pemerintah Taiwan dengan Cina. Atas ketidaksetujuan itu, ratusan mahasiswa Taiwan akhirnya menduduki gedung Parlemen Taiwan, di Taipei, Selasa (18/3).
Dikutip dari BBC News, Rabu (19/3), selain menduduki gedung parlemen, aktivis bersama mahasiswa itu pun melawan aparat keamanan yang berupaya menghalau mereka. Alhasil, massa demonstran merangsek masuk ke dalam ruangan parlemen.
Mereka secara tegas menyatakan, perjanjian perdagangan dengan Cina hanya akan melukai perekonomian pemerintahan yang beribukota di Taipei itu. Tak hanya itu perekonomian Taiwan pun rentan mendapatkan tekanan dari Beijing.
Adapun kesepakatan perdagangan sebenarnya telah ditandatangani Taiwan pada Juni 2013. Namun, ratifikasinya belum dilakukan oleh anggota parlemen. Tetapi, hal tersebut justru sangat memungkinkan kedua belah pihak untuk berinvestasi lebih bebas di pasar masing-masing.
Selasa (18/3) sore, pengunjuk rasa yang mayoritas mahasiswa itu masuk ke gedung parlemen, usai para pembuat kebijakan di sana menyatakan, tinjauan pakta kesepakatan dengan Cina telah disepakati komite bersama. ''Pakta perdagangan itu tak boleh disetujui tanpa pertimbangan yang matang dan pengawasan yang baik dari parlemen,'' seru seorang pimpinan gerakan mahasiswa Taiwan itu, seperti dikutip AFP.
Rupanya tak hanya masuk ke ruangan parlemen, pendudukan massa pun banyak berada hingga keluar kompleks gedung. Mahasiswa juga meminta sang presiden untuk meminta maaf kepada seluruh rakyat karena telah membuat kesepakatan itu.
Dikutip dari Kantor Pusat Berita Taiwan, perwakilan legislatif Taiwan, Wang Jin-pyng, memilih lebih bersikap tenang atas hal yang terjadi. Ia tak banyak berkomentar dan hanya berharap konfrontasi ini dapat diselesaikan secara damai. Kantor Pusat Berita Taiwan pun melaporkan, aksi protes mahasiswa yang terjadi tak memiliki preseden tertentu terhadap parlemen.