Kamis 20 Mar 2014 15:03 WIB

Presiden Tak Setuju Pernyataan Perdana Menteri Turki, Ada Apa?

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Bilal Ramadhan
PM Turki Recep Tayyip Erdogan
Foto: AP PHOTO
PM Turki Recep Tayyip Erdogan

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA-- Presiden Turki Abdullah Gul menyangkal anggapan adanya kekuatan dari luar yang bersekongkol melawan Turki. Hal ini bertentangan dengan pernyataan Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan yang mengatakan skandal korupsi yang sedang mengguncang Turki merupakan bagian dari konspirasi asing.

‘’Saya tidak menerima tuduhan tentang konspirasi dari kekuatan asing. Saya tidak percaya pada teori konspirasi yang seolah-olah ada beberapa orang yang mencoba menghancurkan Turki,’’ kata Gul kepada wartawan saat berkunjung ke Denmark, dikutip dari surat kabar Hurriyet.

Meski demikian ia tidak menyangkal bahwa Turki memiliki negara oposisi yang mengkritisi kinerja pemerintahan Turki saat ini setelah 10 tahun mereka mengapresiasinya. Pertumbuhan pasar Turki yang berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir adalah hasil kinerja pemerintahan Erdogan.

Ia membuat aturan untuk perusahaan-perusahaan sehingga perekonomian membaik. Namun, beberapa bulan terakhir kondisi politik Turki yang tak pasti membuat para investor mundur. Hal ini menyebabkan mata uang Lira merosot tajam.

Penyelidikan korupsi terhadap pemerintahan Erdogan telah menjadi tantangan terbesar pada 11 tahun pemerintahannya. Dia berulang kali mengatakan itu sebagai skema politik dari musuhnya baik di dalam maupun luar negeri. Erdogan mengatakan hal itu dilakukan untuk menghancurkan reputasinya menjelang pemilu lokal 30 Maret mendatang.

Gul adalah rekan sejawat Erdogan yang ikut mendirikan partai Islam AK yang saat ini berkuasa. Kedua pemimpin Turki ini dikenal sebagai sekutu dekat dan bersahabat. Gul dipandang lebih kalem daripada Erdogan yang dikenal agresif. Hubungan mereka berulang kali terlihat menegang dalam beberapa bulan terakhir.

‘’Suasana politik Turki saat ini berada dalam kondisi yang tidak membahagiakan. Itu membuat saya tidak bahagia. Saya sedih dan dalam masalah karena hal-hal yang terjadi,’’ kata Gul.

Gul sendiri berada dalam tekanan baik dari dalam maupun luar negeri. Ia dituntut untuk menurunkan ketegangan yang terjadi akibat skandal korupsi. Ia juga dipandang sebagai orang yang paling potensial untuk menggantikan posisi Erdogan sebagai perdana menteri dan memimpin partai AK.

Hubungan Gul dan Erdogan telah tampil cukup berbeda sejak skandal korupsi meledak pada Desember lalu. Gul menyetujui aturan hukum baru yang kontroversial terkait pengaturan memperketat jaringan internet. Ia juga memberi pemerintah pengaruh yang lebih besar terhadap peradilan.

Skandal korupsi ini begitu memporak-porandakan citra Turki yang sudah dipandang berkembang. Penyelidikan telah berjalan sejak 17 Desember 2013 lalu. Polisi menahan tiga anak menteri di kabinet dan pengusaha yang dekat dengan Erdogan. Tiga menteri tersebut kemudian mengundurkan diri seminggu kemudian. Kabinet pun dirombak.

Parlemen yang saat itu sedang reses berkumpul kembali atas permintaan oposisi untuk mendengarkan laporan dari kejaksaan. Namun, pembicara di parlemen menolak pembacaan laporan tersebut. Secara mengejutkan laporan bocor melalui Twitter.

Laporan ini meliputi transkrip percakapan telepon yang disadap, gambar pengawasan dan gambar dokumen resmi yang menuduh empat mantan menteri dan dua anak-anak mereka terlibat suap dan penyelundupan dengan seorang pengusaha Iran. Reuters tidak dapat memverifikasi keaslian dokumen tersebut. Sementara para menteri membantahnya.

Erdogan sendiri membantah terlibat dalam korupsi dan menuduh mantan sekutunya, ulama Islam Fethullah Gulen mendalangi penyelidikan korupsi. Gulen membantah tuduhan tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement