REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Himpunan Pramuwisata Indonesia Jambi menilai aktivitas Penambangan Emas Tanpa Izin di Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin tidak saja telah merusak lingkungan dan memusnahkan sawah produktif tapi juga telah memunahkan "landmark" atau ikon kepariwisataan kabupaten tersebut.
Aktivitas Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) itu sangat memprihatinkan, sebab Sungai Manau yang selama ini menjadi ikon kepariwisataan Merangin kini sudah punah dan berubah menjadi lahan pertambangan, kata Ketua Himpunan Pramuwisata (HPI) Provinsi Jambi Ir Guntur di Jambi, Kamis.
"Kita sangat prihatin dengan aktivitas PETI yang merusak itu, sepertinya sengaja dibiarkan oleh pemerintah dan aparat keamanan itu," katanya.
Guntur mengatakan, sebelumnya kawasan yang kini telah menjadi lahan-lahan penambangan emas tersebut adalah sawah-sawah produktif yang hijau dan elok serta unik dan khas karena keberadaan kincir air dan sungai yang meliuk-liuk sehingga menjadi daya tarik pariwisata tersendiri bagi para turis.
Tapi kini, ratusan hektare sawah produktif milik rakyat serta alam yang indah, sungai-sungai yang meliuk-liuk seperti ular itu telah musnah tertimbun tanah-tanah penambangan yang terus beroperasi tanpa terkendali bahkan semakin menjadi-jadi, katanya.
Dulu di sungai-sungai kawasan yang berada di bawah kaki Bukit Barisan tersebut berdiri kokoh ratusan kincir air bahkan ada kincir air yang telah berusia ratusan tahun, kincir-kincir itu adalah sarana pengairan bagi sawah-sawah yang berada di tanah lebih tinggi.
Kincir-kincir itulah yang membius perhatian banyak wisatawan, kini semua sudah hilang musnah, katanya.
Ia mengungkapkan kerusakan lingkungan parah yang telah terjadi kini benar-benar semakin mengkhawatirkan karena aktivitas PETI itu terus meluas hingga mencapai kawasan Perentak.
Hanya karena tergiur uang Rp100 juta permeter bagi lahan pertanian maupun tempat tinggalnya, masyarakat setempat merelakan memberikan miliknya tersebut kepada pemodal yang bersembunyi di balik pengusaha penyedia peralatan berat yang kini dioperasikan di lokasi yang sebelumnya sangat indah tersebut.
Air yang Sungai Batang Merangin dan Batang Masumai yang dulunya jernih penuh ikan semah, kini telah keruh akibat tercemar berbagai zat kimia.
Tidak hanya itu, aktifitas PETI itu juga juga telah mengancam keberadaan gugusan goa alam seperti Goa Sengayau dan Goa Tiangko yang di dalamnya berisi relief-relief sisa peradaban manusia masa lampau, kata Guntur.
Kondisi ini juga mengancam keberadaan "Geopark Merangin" dan "Highland Park" Kerinci yang tak jauh dari kawasan tersebut dan kini tengah dipelajari Unesco guna dipersiapkan mendapat pengakuan sebagai warisan alam dunia, tambahnya.