REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Sejak pesawat Malaysia Airlines telah menghilang dari radar pada 8 Maret lalu, hingga kini belum ada petunjuk telah ditemukannya puing-puing pesawat.
Penemuan puing pesawat pun dinilai dapat menjadi petunjuk mengapa pesawat tersebut telah berbelok arah hingga sangat jauh. Teori pun bermunculan dari adanya pesawat yang telah dibajak, sabotase, serta kemungkinan aksi bunuh diri oleh salah satu pilot. Namun, penyelidik belum menemukan adanya masalah tehnis.
Dilansir dari Reuters, para penyelidik pun meyakini bahwa seseorang di dalam penerbangan ini mungkin telah mematikan sistem komunikasi penerbangan. Radar militer pun juga melacak bahwa pesawat berbelok ke barat dan kembali melintasi Semenanjung Malaya. Tampaknya dibawah kendali seseorang pilot yang ahli.
Pencarian dilakukan oleh berbagai negara baik di laut dan udara di sekitar titik lokasi ditemukannya objek mengambang yang diduga bagian dari pesawat. Sedangkan kapal Australia pun juga berada di dekat wilayah tersebut dan tengah berupaya menemukan objek itu.
Namun, otoritas Keamanan Maritim Australia (AMSA) mengatakan cuaca buruk seperti badai, hujan lebat, dan awan rendah menghambat upaya pencarian dengan pesawat. Begitu juga dengan ganasnya ombak lautan yang menghambat kapal-kapal pencari.
Wilayah pencarian ini sekitar 2.500 km barat daya Perth dan di wilayah yang sangat dalam. Maskapai MAS pun menyatakan bahwa pihaknya akan mengatur penerbangan kerabat korban penumpang ke Australia setelah mendapat persetujuan dari otoritas penyelidikan.
Menteri Immigrasi Australia Scott Morrison mengatakan departemennya tengah berupaya dengan maskapai Beijing dan MAS untuk memfasilitasi visa kepada kerabat korban. Keluarga korban akan diberikan visa turis.