REPUBLIKA.CO.ID, Hingga usia 22 tahun, Thomas masih mempercayai dirinya seorang penganut Kristen. Setelah itu, ia mulai bertanya-tanya, mengapa ibadah Minggu hanya dihabiskan untuk bernyanyi dan memuji.
"Saya berpikir itu terlalu kontemporer untuk sebuah ibadah kepada Tuhan," ucap dia seperti dilansir onislam.net, Selasa (25/3).
Pertanyaan itu ia sampaikan kepada orang tuanya. Thomas terkejut dengan jawaban orang tuanya. "Mereka sepakat dengan saya. Ini yang membuat saya semakin terdorong untuk bertanya lebih lanjut soal bagaimana Kristen memuji dan menyembah Tuhan," kata dia.
"Apakah Yesus menyanyikan lagu di hari Sabaat. Lalu apakah itu yang membuat umat Kristiani mengikuti teladannya," tanyanya.
Pertanyaan itu berlanjut ketika Thomas memasuki jenjang kuliah. Banyak diskusi yang dibangun antara Thomas dan teman-temannya. Satu kesimpulan didapatnya yakni Allah telah memberikan hak khusus kepada manusia beribadah atau tidak.
Kesimpulan itu memang bukan yang dikhendaki Thomas. Yang ia cari adalah struktur, mekanisme, cara pandang dan bimbingan. Hal-hal yang tidak dia temukan dalam tradisi Kristen.
Merasa tidak menemukan itu, Thomas menjadikan medium tulisan sebagai pelampiasan. Di dalam tulisan, Thomas uraikan segala pemikirannya. "Semakin saya sering menulis, semakin saya menyadari arah yang dibutuhkan," kata dia.
Suatu hari, Thomas untuk kali pertama bertemu dengan Muslim. Pertemuan ini memang sudah diniatkannya. Ada beberapa pertanyaan yang ingin diajukan. Utamanya terkait bagaimana seorang Muslim berdoa, menjalani rutinitas dan lainnya.
"Satu pertanyaan penting yang ingin saya katakan adalah niat mereka beribadah. Juga apa yang mereka ucapkan ketika makan atau mungkin buang air besar," kata dia.
Thomas sebenarnya tidak begitu paham tentang ajaran Islam. Yang ia dapat pahami, Islam itu merupakan agama dengan reputasi buruk. Islam adalah teroris.
Perlahan tapi pasti, interaksi Thomas dengan Islam semakin intens. Pada akhirnya, muncul ketertarikan. "Karena rahmat dan berkah dari Allah, saya akhirnya mengucapkan syahadat. Allah SWT memandu saya, " kata dia.
"Terima kasih kepada saudara-saudara saya, imam, ulama, mufti, semoga Allah membalas jasa mereka selama membimbing saya," kata dia.