REPUBLIKA.CO.ID, Harga minyak Amerika Serikat (AS) turun pada Selasa (Rabu pagi WIB) karena para pedagang mengantisipasi kenaikan stok dalam laporan mingguan persediaan minyak mentah pemerintah tetapi harga sedikit lebih tinggi di London.
Kontrak utama minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei turun 41 sen menjadi 99,19 dolar AS per barel pada penutupan perdagangan di New York Mercantile Exchange.
Sementara harga minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Mei, patokan London, bertambah 18 sen menjadi menetap di 106,99 dolar AS per barel dari tingkat penutupan Senin.
"Fokus saat ini pada persediaan menyusul berita semalam bahwa persediaan minyak mentah Tiongkok naik ke tingkat tertinggi baru pada Februari setelah mencatat rekor impor selama dua bulan," kata analis Saxo Bank, Ole Hansen.
Pada Rabu waktu setempat, Badan Informasi Energi AS diperkirakan melaporkan kenaikan cadangan minyak mentah Amerika Serikat untuk minggu lalu yang berakhir 21 Maret.
Para pedagang memperkirakan pasokan minyak mentah AS kemungkinan naik 2,5 juta barel pekan lalu dan membebani harga minyak AS.
Berita itu akan menjadi sinyal melemahnya permintaan di Amerika Serikat, negara konsumen minyak mentah terbesar di dunia.
Selain itu, data ekonomi AS pada Selasa juga bervariasi. Laju pertumbuhan harga rumah AS melambat pada Januari karena cuaca musim dingin yang parah, dengan Komposit 20-Kota membukukan penurunan bulanan ketiga berturut-turut 0,1 persen, menurut S&P/Case-Shiller Home Price Indices yang dirilis oleh S&P Dow Jones Indices.
Penjualan rumah keluarga tunggal baru turun 3,3 persen pada Februari ke tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman 440.000 unit, tingkat terendah dalam lima bulan, kata Departemen Perdagangan Selasa.
Laporan lain yang dirilis oleh Lembaga Pembiayaan Perumahan Federal menunjukkan bahwa harga rumah di AS naik 0,5 persen pada Januari disesuaikan secara musiman dari bulan sebelumnya, sedikit lebih baik dari konsensus pasar .
Sementara data kepercayaan konsumen AS menunjukkan kenaikan mengejutkan, berada pada angka 82,3 pada Maret atau naik dari angka revisi 78,3 pada Februari, kata Conference Board, sebuah organisasi riset berbasis di New York, dalam survei bulanannya. Angka baru ini mengalahkan ekspektasi para analis.