Sabtu 29 Mar 2014 13:51 WIB

MT Tazkia dan MT Nurul Ilmi Bergandengan Mencari Ilmu (2-habis)

Red: Damanhuri Zuhri
Pengajian Majelis Taklim (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pengajian Majelis Taklim (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ratna Ajeng Tejomukti

Selain menyelenggarakan kajian bulanan, kedua majelis taklim juga mengadakan kegiatan sosial.

Dia juga berpesan agar wanita sebagai ibu rumah tangga mampu menjaga amanah suami ketika bekerja dan dan melayani suami dengan baik.

Menurut Hamdan, saat memilih suami harus memperhatikan empat hal. Namun, yang terutama dan terpenting adalah agamanya.

“Pilihlah di antara kalian laki-laki yang baik agamanya karena suami akan menjadi imam bagi kaum wanita,” ungkap dia.

Jika laki-laki tersebut memang memiliki ketampanan, harta yang berlimpah, dan kedudukan yang tinggi, itu merupakan bonus.

Sebagai seorang pemimpin di rumah tangga, seharusnya seorang istri menghormati dan melayani dengan baik. “Jangan sampai suami sudah lelah bekerja, tetapi sampai rumah tidak ada makanan ataupun istri yang belum mandi,” ujar dia.

Istri dianjurkan mempercantik diri ketika di hadapan suami dan berpakaian bagus serta rapi. “Saat ini, kebanyakan sudah terbalik, istri sering ke salon berjam-jam dengan make up tebal dan sanggul setinggi gunung hanya untuk pergi kondangan,” ungkap Kiai Hamdan.

Diakui, memang sebagai ibu rumah tangga memiliki tugas dan tanggung jawab yang amat berat. Sehingga, untuk melayani suami sesuai Alquran dan hadis, diperlukan kesabaran sehingga tercipta pernikahan yang sakinah, mawadah, dan warahmah.

Artis Desy Ratnasari memberikan saran membentuk keluarga yang samara berdasarkan pengalaman pribadinya. Menurut dia, menuju pernikahan samara itu tidaklah mudah.

Menurut dia, banyak hal yang harus dibicarakan saat pasangan akan menuju jenjang pernikahan. “Sebagai seorang suami memang benar dikatakan sebagai seorang pemimpin dalam segala bidang, baik status sosial, pekerjaan, keuangan, maupun jabatan,” ujar dia.

Ia berbagi, akan menjadi masalah bagi pasangan yang perempuannya melebihi suaminya, baik dalam penghasilan, kedudukan, maupun status sosial. Menurut Desy, tidak masalah jika kedua pasangan saling menerima dan menganggap apa pun yang didapatkan merupakan rezeki bersama.

Mantan ketua KPAI yang juga mantan anggota DPR RI Badriyah Fayumi mengkritisi masalah anak-anak yang menjadi korban ketika kedua orang tuanya tidak mencapai pernikahan yang bahagia.

“Ketika telah memutuskan untuk menjalin pernikahan, pasangan harus mampu mengatasi ego keakuan dan memiliki keimanan,” ujar Badriyah Fasyumi.

Sehingga, apa pun yang dimiliki dan didapatkan selama pernikahan dirasakan menjadi rezeki keluarga dan merasa apa yang dimiliki saat ini hanya sementara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement