Senin 31 Mar 2014 23:38 WIB

Golkar Disarankan Ikuti Langkah PDIP

Rep: Irfan Fitrat/ Red: Bilal Ramadhan
 Kampanye terbuka Partai Golkar di Gedung Olah Raga (GOR) Ciracas, Jakarta, Selasa (18/3).  (Republika/Aditya Pradana Putra)
Kampanye terbuka Partai Golkar di Gedung Olah Raga (GOR) Ciracas, Jakarta, Selasa (18/3). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Partai Golkar bergeming atas penilaian terhadap Aburizal Bakrie (Ical) sebagai calon presiden. Meskipun banyak hasil survei yang menunjukkan Ical sulit bersaing dalam kontestasi menjadi presiden Republik Indonesia berikutnya.

Hasil survei Pusat Kajian Pancasila, Hukum, dan Demokrasi (Puskaphdem) Universitas Negeri Semarang, 19 Februari-28 Maret 2014, menunjukkan Ical masih paling populer di internal Partai Golkar. Namun dari sisi elektabilitas, Ketua Umum Golkar itu disalip Priyo Budi Santoso dan Jusuf Kalla.

"Elektabilitas ARB dapat ancaman cukup signifikan di internal," ujar Direktur Eksekutif Puskaphdem Arif Hidayat, dalam acara diskusi hasil survei, di Jakarta, Senin (31/3).

Dari 1090 responden, tingkat keterpilihan Ical hanya menempati posisi ketiga dengan 16,42 persen. Ical tersisih oleh Jusuf Kalla (17,33 persen) dan Priyo Budi Santoso (18,44) persen. Arif menilai, banyak faktor yang menyebabkan elektabilitas Ical merosot. Seperti kontroversi video Maladewa dan juga putusan terkait Lapindo.

Dengan kondisi ini, Arif menilai, Golkar perlu melakukan evaluasi pencapresan Ical. Menurut dia, partai berlambang pohon Beringin itu harus melihat potensi tokoh lain. Arif bahkan menilai Golkar harus meniru langkah yang dilakukan PDI Perjuangan (PDIP). Di mana Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memberikan mandat capres kepada Joko Widodo (Jokowi).

"Revolusioner. Karena capres biasanya dari Ketum atau Dewan Syuro partai," kata dia.

Menurut Arif, Golkar harus memikirkan ulang pencapresan Ical. Langkah ini, ia mengatakan, menjadi cara untuk memberikan kesempatan pada kader partai yang lebih potensial. Apalagi, ia mengatakan, Golkar mempunyai tagline 'Suara Golkar, suara rakyat'.

"Sejatinya Golkar mendengar suara dan persepsi publik. Tingkat elektabilitas dan peluang ARB kian hari semakin menipis," ujar dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement