REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Gempa bumi berkekuatan 8,0 pada skala Richter yang melanda Cile pada Rabu (2/4) dan diprakirakan mengakibatkan tsunami di perairan Sumatra bagian barat pada Kamis (3/4) pagi, tidak mempengaruhi aktivitas para nelayan di Kota Bengkulu.
"Kami tidak terpengaruh, semua nelayan tetap melaut," kata Safrudin, nelayan yang baru saja melabuhkan kapal di pasar Pantai Malabero Kota Bengkulu, Kamis.
Ia mengatakan, para nelayan di wilayah itu sudah mendapat informasi tentang prakiraan tsunami Cile yang akan tiba di perairan Indonesia pada Kamis pagi.
Namun, nelayan tidak mempercayai informasi tersebut dan tetap melaut untuk mendapatkan ikan.
"Kalau tidak melaut, kami tidak bisa memberi makan anak istri, apalagi semua nelayan disini adalah nelayan tradisional," tambahnya.
Nelayan lainnya Daniel yang tengah membersihkan ikan teri hasil tangkapan mengatakan sebagi nelayan justru tidak mengetahui informasi tsunami akibat gempa bumi yang melanda negara Cile itu."Kami tidak tahu, karena berangkat melaut malam hari, pulang pagi ini," katanya.
Ia mengatakan kondisi perairan Bengkulu masih normal seperti hari sebelumnya dan tidak ada perubahan yang signifikan seperti terjadi kenaikan muka air laut.Daniel mengatakan nelayan biasanya tetap melaut jika tidak ada peringatan resmi dari pemerintah daerah."Karena kalau ada peringatan resmi, biasanya kami mendapat jatah hidup atau jadup," ucapnya.
Sebelumnya Badan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis bahwa terjadi gempa bumi berkekuatan 8,0 skala ricter (SR) di lepas pantai Chili-Amerika Selatan pada Rabu (2/4) pukul 06:46:48 WIB 19.61 LS-70.83 BB dengan kedalaman 10 kilometer yang berpotensi terjadinya tsunami hingga di Wilayah Indonesia.
Untuk wilayah Bengkulu daerah yang diprakirakan terkena dampak yakni perairan Pulau Enggano, perairan Kota Bengkulu, Bengkulu Utara, Kaur, Seluma dan Bengkulu Selatan hingga Mukomuko.