Sabtu 05 Apr 2014 13:31 WIB

Menyikapi Musibah yang Melanda Negeri (2-habis)

Puluhan atap rumah ditutupi terpal di kawasan Desa Laharpang , Puncu, Kediri, Jawa Timur. Di Kabupaten Kediri tercatat ada lebih dari 19.000 rumah rusak akibat letusan Gunung Kelud.
Foto: Antara/Syaiful Arif
Puluhan atap rumah ditutupi terpal di kawasan Desa Laharpang , Puncu, Kediri, Jawa Timur. Di Kabupaten Kediri tercatat ada lebih dari 19.000 rumah rusak akibat letusan Gunung Kelud.

Oleh: Hannan Putra/Ratna Ajeng Tejomukti

Keringanan ibadah

Ada rukhsakh (keringanan) bagi korban bencana dalam menjalankan ibadah. Semua itu bergantung kondisi saat itu.

KH Ahmad Mukri menjabarkan, rukhsah bisa diperoleh bergantung konteks. Ada hal-hal yang diperbolehkan dalam kondisi tertentu. Misal, shalat lima waktu bisa dijamak.

Kemudian, bentuk ibadah lain yang menggunakan harta, seperti zakat dan sedekah bisa gugur karena seseorang yang menjadi korban bencana telah kehilangan harta benda, tempat tinggal. Sehingga, mereka masuk golongan yang berhak menerima zakat.

Selain pengungsi, relawan bencana juga mesti menjaga kekuatan rohaninya. Kesibukan menolong orang lain jangan sampai melupakan kewajiban kepada Sang Khalik.

Pimpinan Divisi Konstruksi MER-C Ir Farid Thalib mengatakan, ada relawan yang hablum minallah-nya biasa-biasa saja. Tapi, hablum minannas-nya luar biasa. "Tapi, tentu akan lebih bagus bisa dua-duanya baik," kata Farid.

Menurut Farid, ibadah bagi seorang relawan adalah ruh. Seorang relawan yang meninggalkan kewajibannya sebagai hamba sama saja dengan tubuh tanpa ruh alias mayat berjalan. Ibadahlah yang menjadi motivasi seorang relawan dalam menjalankan tugas mulianya di tempat-tempat musibah.

"Kalau teman-teman MER-C, masalah shalat dan hal yang wajib-wajib alhamdulillah selalu dijaga. Bahkan, bagi kami ibadah tidak hanya shalat dan puasa, menolong orang itu kan juga ibadah," papar pria yang malang melintang di dunia relawan ini.

Menurut Farid, tugas sebagai relawan adalah implementasi dari ibadah-ibadah mahdah, seperti shalat.  Salah satunya, ketika seorang membaca salam dengan memalingkan wajahnya ke kanan dan ke kiri, hal bisa dimaknai dengan memperhatikan lingkungan kita di sekitar.

Farid mencontohkan, para relawan yang terjun ke Gaza saat ini yang bertugas membangun Rumah Sakit Islam Indonesia. Kendati mereka hanyalah seorang “tukang bangunan”, tapi ibadah mereka tidak kalah hebat dengan ahli-ahli ibadah.

"Saya tidak berani menyebut mereka tukang. Mereka adalah mujahid. Mereka tidak hanya berkorban harta dan tenaga, tapi mereka juga memberikan kontribusi berupa pemikiran," tutur Farid.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement