REPUBLIKA.CO.ID, JUBA -- PBB telah menolak kritik yang ditujukan pada lembaganya oleh sebuah kelompok pemerhati dan peduli kesehatan, terkait keberadaan para pengungsi di Sudan Selatan. Medecins Sans Frontieres (MSF) menuding, PBB telah menelantarkan kelangsungan hidup puluhan ribu pengungsi di ibu kota Sudan Selatan, Juba.
Dikutip dari BBC News, Kamis (10/4), pada Rabu MSF mengatakan, para pengungsi di Juba tinggal dalam keadaan yang buruk. Mereka hidup dengan air banjir yang terkontaminasi tinja.
Terkait hal itu PBB menyatakan, bahwa telah melakukan hal yang terbaik. Asisten Sekjend PBB di Juba, Toby Lanzer mengatakan, PBB memiliki sekitar 8.000 pasukan penjaga perdamaian yang ditempatkan di negara terbaru di dunia itu.
Ia menjelaskan, serangan 'pahit' yang ditujukan MSF kepada PBB itu, merupakan hal yang tak penting dan tak menyelesaikan persoalan. ''Ini merupakan hal yang sama sekali tidak mengetahui betapa berartinya orang-orang (pengungsi Sudan Selatan) yang membutuhkan hidup atau mereka yang sangat berjuang untuk mempertahankan hidupnya,'' kata Lanzer.
''Kami telah menyediakan air, sanitasi, dan seluruh sumber dari tepi sungai Nil.'' Menurut Lanzer, banjir adalah masalah yang memang diketahui seluruh orang. Pihaknya pun tahu, bahwa ada segudang penyakit yang dihasilkan dari banjir.
Oleh karena itu, PBB mengajak MSF apabila berkeinginan untuk bersama-sama membantu penyelesaian masalah tersebut. ''Kami tentu selalu berupaya memperbaiki dan mengatasi terkait kesehatan masyarakat ini,'' tambah dia.
Sejak konflik pecah di negara yang beribukota Juba itu, lebih dari satu juta penduduk Sudan Selatan telah meninggalkan rumahnya. Sementara berdasarkan data PBB, hampir sepertiga populasi Sudan Selatan atau sebanyak 3,7 juta jiwa, kini berada dalam risiko kelaparan akut.
Adapun MSF menyatakan, sebanyak 21 ribu pengungsi di Juba itu, sangat rentan terancam berbagai penyakit, seperti diare, infeksi pernapasan, dan sejumlah penyakit kulit.