Jumat 11 Apr 2014 19:37 WIB

Nasionalisme Rusia Dinilai Berbau Anti-Barat

Putin dalam aksinya (ilustrasi)
Foto: baomoi.com
Putin dalam aksinya (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Rusia Vladimir Putin dituduh telah menciptakan nasionalisme anti-Barat kepada warga Rusia menyusul krisis Ukraina dan pencaplokan Crimea serta sebelumnya memerdekakan Osetia Selatan dan Abkhazia dari Georgia.

Hal itu diungkapkan penulis kolom Borys Kowalsky dalam tulisannya 'We must keep watching Putin carefully' di The Barrie Examiner, Kamis (10/4).

"Akhir-akhir ini Putin bertindak sebagai raja filsuf, yang menyampaikan pidato dengan nada nasionalisme ultra-konservatif, anti-Barat. Ini merupakan cara berpikir spiritualitas Kristen Ortodoks Rusia mengenai pandangan mereka sebagai kefasikan Barat, materialisme, egoisme dan dekadensi," tulisnya.

Dia tidak menjelaskan apa yang dimaksudkannya dengan Barat, apakah itu berarti Gereja Barat mengingat Gereja Rusia adalah Gereja Timur atau apakah maksudnya adalah Western Hemisphere yang berarti Barat secara politik termasuk Amerika Serikat dan sekutunya.

Namun dia menambahkan, Putin dinilai mampu memainkan kemampuan retoriknya untuk membangkitkan semangat warga Rusia.

"Tapi tindakan Putin itu belum sesuai dengan bagian retoriknya. Tujuan utamanya adalah menggairahkan popularitas domestiknya untuk mendukung imperialisme besar Rusia, sebuah kesukaan warga, seperti kebencian, arogansi, chauvinisme dan kebanggaan palsu. Juga promosi undang-undang anti-gay, beberapa mempertahankan yang ada, itu tidak lebih hanya taktik politik. Sikap ini berakar jauh dari prasangka warga Rusia dan saat yang sama itu memperkuat aliansinya dengan Gereja Ortodoks," katanya.

Di atas semua itu, katanya, Putin hanya melakukan sedikit hal untuk memuliakan warganya dan dia lebih banyak menurunkan derajat warga Rusia di mata dunia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement