Oleh: Erdy Nasrul
Bencana momentum untuk bermuhasabah.
“Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu.” (QS al-Anfaal [8] : 25)
Sisi lain dari bencana bukan sekadar memberikan hikmah dan pesan positif, melainkan lebih dari itu. Pada hakikatnya bencana bisa berfungsi juga sebagai satu dari sekian bentuk azab yang diturunkan Allah SWT kepada umat manusia.
Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Ustaz Syuhada bahri menyatakan, sangat mungkin bencana yang terjadi di Indonesia adalah azab. Ini berarti siksaan Allah di dunia. “Ini siksaan yang disegerakan,” jelas Syuhada.
Siksaan ini datang karena manusia terus-menerus melakukan kemungkaran. Bahkan, larangan Allah dikerjakan terang-terangan. Hukum tidak lagi ditegakkan. Kemaksiatan dan kemungkaran menjadi tontonan setiap hari, jam, bahkan menit.
Perzinahan sudah menjadi santapan sehari-hari, begitu juga dengan mabuk dan judi. Lebih dari itu, kemungkaran saat ini yang berjalan masif adalah perusakan alam.
Area resapan air berubah menjadi gedung bertingkat. Situ disulap menjadi permukiman. Waduk dan sungai tidak berfungsi maksimal karena banyak sampah yang berserakan. “Akhirnya, banjir terjadi,” papar Syuhada.
Namun demikian, Syuhada menekankan, azab ini masih lebih baik. Sebabnya, ini hanyalah peringatan, tandanya Allah masih sayang kepada Indonesia. Dia mengimbau masyarakat, terutama umat Islam untuk introspeksi diri.
Banjir sudah terus-menerus terjadi. Sebelumnya, ada tsunami di Aceh dan gempa serta erupsi Merapi di Yogyakarta. “Allah sudah sering memperingatkan hamba-Nya,” ujarnya.
Dia menjelaskan, ada perbedaan antara hujan yang diturunkan sebagai rahmat dan bencana. Jika sebagai rahmat maka hujan akan menyerap ke bumi. Kemudian, tumbuhlah buah-buahan dan hasil pangan. Manusia kemudian menikmati hasilnya. “Ini rahmat,” jelasnya.