REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Keberadaan sejumlah lulusan universitas ternama di Kabupaten Sleman turut berkontribusi dalam menambah pengangguran terdidik di wilayah setempat. Tingkat pengangguran di Sleman pada 2013 mencapai 6,4 persen yang didominasi lulusan perguruan tinggi.
"Di Sleman banyak perguruan tinggi dan otomatis saat mahasiswa lulus menjadi pengangguran sebelum dapat kerja," ujar Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Sosial (Disnakersos), Untoro Budiharjo ditemui di Sleman, Kamis (24/4).
Jumlah pengangguran dari lulusan universitas dinilai Untoro juga dipengaruhi waktu pengambilan data. Saat data diambil pada Agustus hingga September, tingkat pengangguran terdidik lulusan universitas di Sleman relatif tinggi. Lulusan universitas akan tercatat sebagai pengangguran di Sleman sepanjang memiliki kartu tanda penduduk setempat atau surat keterangan tinggal sementara (SKTS). Universitas di Sleman yang tercatat memiliki mahasiswa dalam jumlah besar diantaranya UGM, UNY, UII, UPN, dan Sanata Dharma.
Tingkat pengangguran di Sleman selama tiga tahun terakhir tercatat terus menurun. Pada 2011, tingkat pengangguran mencapai 7,61 persen dan turun menjadi 6,7 persen di tahun berikutnya. Tingkat pengangguran kemudian turun menjadi 6,4 persen atau mencapai 35.059 orang dengan jumlah angkatan kerja mencapai 541.921 orang.
Meski menurun, tingkat pengangguran di Sleman diakui Untoro masih menduduki yang tertinggi di Provinsi D.I Yogyakarta. Tingkat pengangguran di Sleman jadi nomor satu di DIY dipengaruhi jumlah penduduk yang lebih tinggi dibandingkan kabupaten/kota satu provinsi. Jumlah pendatang yang menganggur juga akan terdata di wilayah Sleman jika memiliki SKTS.
Program untuk menurunkan tingkat pengangguran di Sleman, kata Untoro sudah dilakukan dengan bursa kerja online. Sistem online digunakan agar pengangguran bisa terserap di wilayah luar Sleman. "Kalau mereka butuh tambahan pengetahuan, kami bekali dengan diklat," ungkap Untoro.