REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Warga dusun di Lereng Merapi mulai menerapkan ronda 24 jam setelah status gunung tersebut dinaikkan menjadi waspada sejak Selasa (29/4) malam lalu.
Sukiman, Koordinator Jalin Merapi yang juga warga Ndeles Sidorejo, Kemalang, Kabupaten Klaten yang berjarak 4 kilometer dari puncak Merapi mengatakan, masyarakat di desanya telah membangun pos ronda untuk memantau Merapi. Pos ronda tersebut dijaga 24 jam secara bergilir dari warga setempat.
"Kami resah bukan karena Merapi tetapi karena jalur evakuasi sepanjang 11 kilometer di Sidorejo rusak parah. Kita akan kerjabakti membenahi jalan itu dari anak sampai orang tua secara mandiri tidak mengandalkan pemerintah," katanya dalam rapat koordinasi penanganan Merapi di Kantor Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Jumat (2/5).
Selain menggencarkan ronda kata dia, warga juga sudah melakukan pendataan penduduk termasuk juga ternak dan harta benda milik warga yang diperbarui setiap bulan.
Hal yang sama juga dilakukan warga di Lereng Merapi wilayah Kabupaten Sleman. Menurut Indra Baskoro Adi, dari komunitas Siaga Merapi di Dusun Turgo, Pakembinangun, Sleman, pihaknya juga sudah melakukan pendataan warga dan ternak untuk persiapan evakuasi ketika Gunung Merapi semakin naik statusnya.
"Setiap malam kami mendengarr suara berdentum dengan interval 10-20 menit. Kita lakukan ronda setiap malam untuk memantau perkembangan Merapi dan kesiapsiagaan," katanya.
Dusun Turgo sendiri berjarak 5 kilometer dari puncak Merapi dan masuk wilayah KRB III. "Aramada evakuasi juga sudah kita siapkan hanya sama tempat pengungsian di Haragobinangun belum siap air bersihnya," ujarnya.
Sementara itu Agus Sanyoto, dari Induk Ballerante 907 dan berada di 5,7 kilometer dari Puncak Merapi bagian Tenggara juga mengaku sudah melakukan koordinasi dengan penduduk setempat. Penduduk Balerante juga sudah menyiapkan sarana dan prasarana untuk pengungsian. "Kita lakukan pendataan penduduk dan jalur evakuasi sehingga suatu saat Merapi naik status lagi kita siap melakukan evakuasi mandiri," katanya.
Kepala BPBD DIY, Gatot Saptadi mengatakan, tahun ini pihaknya bersama BPBD kabupaten akan melakukan perbaikan jalan evakuasi sepanjang 50 kilometer di Kabupaten Klaten dan Sleman. "Hanya saja pembangunanya harus melalui proses lelang sehingga membutuhkan waktu," ujarnya.
Namun kata dia, jalur evakuasi tersebut harusnya tidak dipakai untuk jalur truk angkutan pasir sehingga tidak mudah rusak.
Kepala BPPTKG Yogyakarta, Subandriyo mengatakan, status waspada Merapi tahun ini berbeda dengan 2010 lalu. Pasalnya yang bermain saat ini lebih banyak gasnya bukan magma.
"Yang dihadapi letusan-letusan minor. Tidak perlu panik dan khawatir. Namun harus tetap siap siaga.Prosesnya yang bermain gas terus, jadi hanya gas yang keluar belum awan panas atau magmatis," katanya.
Pihaknya saat ini juga tengah intensif melakukan pantauan terhadap aktivitas gas di perit Merapi ini.
Kepala Badan Geologi Kementrian ESDM, Surono mengatakan, rusaknya jalur evakuasi akan meningkatkan kerentanan terhadap korban jika Merapi terus meningkat. Untuk penangananya bukan hanya tanggungjawab pemerintah tetapi juga masyarakat.
"Merapi sekarang berbeda dari 2010 lalu, sekarang tidak ada kubah, fluidanya banyak. Mudah-mudahan hanya pelepasan gas saja. Kalau Merapi membentuk kubah akan seperti Merapi lagi. Akan seperti apa nantinya kita tunggu saja.
Lebih baik kita siap meski tidak terjadi apa-apa dari pada tidak siap tetapi terjadi apa-apa," ujarnya.