Kamis 04 Jan 2024 13:20 WIB

Gunung Merapi 24 Jam Terakhir: 19 Kali Guguran Lava dan Lebih dari 100 Gempa

BPPTKG menyebut ada potensi bahaya guguran lava dan awan panas. 

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Irfan Fitrat
(ILUSTRASI) Kondisi Gunung Merapi.
Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
(ILUSTRASI) Kondisi Gunung Merapi.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Kondisi Gunung Merapi saat ini dalam status siaga atau level 3. Berdasarkan pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), dalam 24 jam terakhir tercatat 19 kali guguran lava. 

Menurut Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso, belasan guguran lava tersebut mengarah ke Kali Bebeng, dengan jarak luncur maksimum 1.400 meter. “Suara guguran satu kali dengan intensitas kecil terdengar dari Pos Babadan,” kata dia, Kamis (4/1/2024).

Baca Juga

Selain guguran lava, dalam 24 jam terakhir tercatat lebih dari seratus kali kegempaan di Merapi. BPPTKG mencatat terjadi 94 kali gempa Guguran, 13 kali gempa Fase Banyak, dan satu kali gempa Tektonik Jauh.

Sedangkan untuk laju deformasi tercatat adanya pemendekan jarak tunjam. Menurut Agus, laju rata-rata deformasi EDM (Electronic Distance Measurement) Babadan sebesar 0,03 sentimeter per hari, dalam empat jam terakhir.

BPPTKG menyebut saat ini masih ada potensi bahaya berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya, yang meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng, sejauh maksimal tujuh kilometer.

Di sektor tenggara, sektor bahaya meliputi Sungai Woro, sejauh maksimal tiga kilometer, dan Sungai Gendol, sejauh lima kilometer. Sementara lontaran material vulkanik, bila terjadi letusan eksplosif, diperkirakan dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak.

“Data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung, yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya,” kata Asep.

Karena itu, masyarakat diminta tidak beraktivitas apa pun di daerah potensi bahaya tersebut. Masyarakat juga diminta mewaspadai bahaya lahar dan awan panas guguran, terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.

“Masyarakat agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi. Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka tingkat aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali,” kata Agus.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement