REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Sektor industri manufaktur di daerah tujuan wisata Pulau Bali dinilai semakin strategis, karena mampu menghasilkan berbagai jenis cindera mata yang diminati wisatawan mancanegara, disamping menembus pasar ekspor.
"Produk industri olahan dan aneka jenis hasil kerajinan Bali, seperti anyaman, ukiran dan patung khas Bali mampu meningkatkan perolehan devisa negara," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panusunan Siregar di Denpasar, Ahad (4/5).
Ia mengatakan fenomena akselerasi pertumbuhan sektor industri manufaktur Bali kini berada di atas laju pertumbuhan ekonomi Bali. Produk domestik regional bruto (PDRB) Bali misalnya tahun 2013 tumbuh sebesar 6,75 persen, sementara pertumbuhan ekonomi Bali hanya 6,05 persen.
Sejumlah langkah dan terobosan ke depan tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan sektor industri manufaktur lebih baik lagi, mengingat integritas pasar global menghadapi usaha industri mikro dan kecil pada persaingan global. Panusunan Siregar menambahkan, bersamaan dengan hal itu ada sejumlah peluang dan semakin terbukanya kesempatan yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong kemajuan ekonomi Bali dan perekonomian nasional.
Dengan terintegrasinya pasar global, semakin ketatnya persaingan serta pelemahan perekonomian global kini menuntut peran industri manufaktur Bali untuk dapat meningkatkan mutu dan jumlah produk yang dihasilkan.
Selain itu tuntutan peningkatan keragaman dan kualitas produk hasil industri yang kini menuntut pemerintah harus mampu memberikan ruang yang cukup bagi sektor swasta dalam pengembangan industri yang berorientasi ke pasaran mancanegara.
Sektor industri manufaktur di Bali memberikan kontribusi terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) sebesar 8,72 persen pada tahun 2013 atau sedikit lebih rendah dari tahun 2012 yang mencapai 8,90 persen.
Andil industri manufaktur itu mencapai Rp8,24 triliun pada tahun 2013 masih jauh lebih kecil atau sepertiga kali lipat lebih jika dibandingkan capaian nilai tambah oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mencapai Rp28,26 triliun pada tahun yang sama, ujar Panusunan Siregar.