REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh menegaskan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) tidak perlu ditutup begitu saja setelah diketahui terdapat kasus meninggalnya mahasiswa STIP Dimas Dikita Handoko karena dianiaya seniornya.
"Tidak serta merta ditutup begitu. Apalagi yang lebih menonjol adalah budaya senioritas dari anak yang di atasnya itu selalu 'ngethakin' (menjitaki) juniornya," kata M Nuh di kawasan Kepulauan Seribu, Jakarta, Senin.
Baginya, yang terpenting adalah melihat sisi obyektif dari kasus tersebut sampai pada tahap perlunya evaluasi secara mendalam dalam sistem pendidikan di sekolah pelayaran itu. "Saya kira sekolah itu dievaluasi semua. Saya yakin tidak perlu sampai menutup sekolah itu. Tentu hanya anak yang nakal saja yang harus dibina didampingi supaya dia sadar betul tentang hubungan saling menghargai dengan kawan-kawannya," katanya.
Kendati demikian, M Nuh sempat mengusulkan penutupan STIP. "Kalau siswanya yang salah itu harus dikeluarkan. Bagi penyelenggaranya harus bertanggungjawab atau jika tidak mau sekolahan itu sebaiknya ditutup."
Mendikbud juga mengusulkan penghentian sementara penerimaan siswa baru STIP untuk memotong mata rantai senioritas, setidaknya selama dua periode penerimaan. "Saya mengutuk keras peristiwa itu. Sekarang bukan zamannya lagi kekerasan seperti itu," katanya.
STIP merupakan sekolah kedinasan di bawah naungan Kementerian Perhubungan. Kurikulum dasar sekolah itu dari Kemdikbud, sedangkan kurikulum praktiknya dari Kemhub. Satu taruna STIP Dimas Dikita Handoko tewas dan enam lainnya luka-luka akibat kekerasan yang dilakukan oleh seniornya.
Dimas tewas setelah dianiaya para seniornya di sebuah kos-kosan kawasan Cilincing dengan alasan pembinaan. Penganiayaan itu dilakukan oleh tujuh taruna, dan kepolisian telah menetapkan mereka sebagai tersangka.