Selasa 06 May 2014 14:11 WIB

Pengaruh Majapahit pada Arsitektur Masjid Sunan Ampel (2)

Masjid Sunan Ampel, Surabaya, Jawa Timur.
Foto: Blogspot.com
Masjid Sunan Ampel, Surabaya, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, Masjid Sunan Ampel didirikan pada tahun 1412 M oleh Sayyid Ali Rahmatullah atau yang dikenal dengan Sunan Ampel.

Menurut riwayat, dalam mendirikan masjid itu, Sunan Ampel dibantu oleh santri-santrinya dan dua sahabatnya, yaitu Mbah Sholeh dan Mbah Sonhaji (Mbah Bolong). Banyak cerita mistis seputar dua orang sahabat Sunan Ampel itu.

Abdul Baqir Zein dalam bukunya Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia mengungkapkan, Mbah Sholeh meninggal dunia hingga delapan kali. Setiap kali ia meninggal dunia dan namanya disebut oleh Sunan Ampel, Mbah Sholeh bangkit kembali dari kuburnya.

Peristiwa itu terulang hingga delapan kali sehingga kuburannya pun berjumlah delapan. Demikian juga, dengan Mbah Sonhaji yang bergelar Mbah Bolong. Gelar tersebut disematkan kepadanya karena mampu melihat Ka'bah dari mihrab masjid yang sengaja di-bolongi (dilobangi) dengan tongkat kayunya untuk menentukan ketepatan arah kiblat.

Makna di balik arsitektur masjid

Cerita mistis seputar tokoh-tokoh yang berjasa dalam pembangunan Masjid Ampel cukup menarik minat para peziarah dari seantero Nusantara.

Pada peringatan hari-hari besar Islam, jumlah peziarah di Masjid Sunan Ampel mencapai 15 ribu hingga 20 ribu orang. Tokoh mistis dan Masjid Ampel tidak dapat dipisahkan. Masing-masing memberikan ajaran moral dan religius bagi masyarakat luas.

Bentuk bangunan dan arsitektur masjid tidak hanya menyimpan nilai sejarah, tetapi juga mengandung pesan keagamaan yang dalam dan harus diungkap sebagai pengetahuan bagi masyarakat umum.

Atap masjid berbentuk tajuk, piramida bersusun tiga, mengadopsi arsitektur Majapahit. Tajuk dalam tradisi Jawa merepresentasikan gunung yang diyakini sebagai tempat suci. Tidak diragukan lagi, atap bersusun tiga adalah elemen arsitektur Hindu-Jawa.

Akan tetapi, nilai-nilai di balik bentuk atap tersebut kental dengan ajaran Islam. Tiga tingkat dimaknai sebagai Islam, iman, dan ihsan.

Dengan demikian, tiga tingkatan merefleksikan kesempurnaan keislaman seorang Muslim. Islam, iman, dan ihsan adalah inti dari ajaran agama yang dibawa oleh Rasulullah SAW.

sumber : Dok Rep/Rid
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement